Jumat 10 Oct 2014 12:00 WIB

Nasaruddin Umar, Terbang ke Tanah Suci Berstatus 'Keluarga Raja'

Red:

Kenangan 19 tahun silam masih membekas jelas di ingatan Nasaruddin Umar. Dia yang kala itu tengah menjalani tugas belajar di Universitas Paris, Prancis, tak menyangka bakal mendapat kesempatan untuk menunaikan haji ke Makkah.

"Saya naik haji pada 1995 dan itu termasuk salah satu pengalaman paling berharga dalam hidup saya," tutur Nasaruddin membuka cerita saat berbincang dengan Republika, beberapa waktu lalu. Perjalanan Nasaruddin ke Tanah Suci tidak terlepas dari bantuan kenalannya, Andi Abdul Kadir. Seorang Bugis yang bekerja sebagai pengurus kediaman Raja Fahd bin Abdul Aziz di Paris. Pada satu kesempatan, laki-laki tersebut mempertemukan Nasaruddin dengan Konsul Jenderal Arab Saudi di kota itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/ Wihdan

"Konsulnya ternyata masih keponakan Raja Fahd. Setelah diperkenalan Kadir, saya pun diizinkan bercengkerama dengan pejabat itu di ruang kerjanya selama dua jam," ujarnya. Dalam perbincangannya dengan sang Konsul Jenderal, Nasaruddin sempat mengutarakan niatnya mengunjungi Baitullah di Makkah. Kebetulan, saat itu memang sudah dekat musim haji. Tanpa diduga, pejabat itu mengatakan akan mengurus dokumen perjalanannya sesegera mungkin.

Beberapa hari sesudahnya, jadilah Nasaruddin berangkat ke Tanah Suci. Kala itu, dia memilih pesawat Saudi dengan rute penerbangan Paris-Istanbul-Jeddah. "Sebelum berangkat, saya pesan tiket kelas ekonomi. Tapi, sesampainya di atas pesawat, pramugarinya malah menyuruh saya duduk di kelas eksekutif. Saya pun jadi bingung karena itu kelas paling mewah," kata pria yang kini menjabat Wakil Menteri Agama RI itu.

Belakangan, Nasaruddin baru menyadari alasan ia disuruh pindah ke kelas eksekutif. Ternyata, Konsul Jenderal Saudi di Paris tadi telah membuat semacam catatan kecil di visanya. Di situ, disebutkan bahwa Nasaruddin adalah anggota keluarga Raja, "Awalnya, saya tidak membaca catatan itu ketika menerima visa," imbuhnya.

Menjadi penumpang kelas eksekutif, kata Nasaruddin, benar-benar dimanja. Selain kursinya yang empuk dan nyaman, hidangan yang disajikan pun istimewa. Tambahan lagi, di sebelahnya duduk seorang perempuan Arab yang sangat cantik.

"Wanita itu mengenakan baju tanpa lengan dengan aroma parfum yang sungguh memikat. Pengalaman tersebut menjadi godaan pertama saya selama perjalanan haji. Apalagi, penumpang di kelas eksekutif hanya kami berdua dan saya belum menikah pula ketika itu," akunya.

Saat pesawat sudah hampir tiba di Jeddah, kata Nasaruddin, perempuan cantik itu tiba-tiba meninggalkan kursinya, pergi ke entah ke mana. Selanjutnya, datanglah perempuan lain mengenakan busana longgar dengan wajah dibalut burqa (cadar) duduk di sebelahnya.

"Saya pun protes. Saya katakan kepada perempuan bercadar itu, tempat yang dia duduki ada yang mengisi. Tapi, dia tetap saja duduk dengan santainya di samping saya. Setelah saya amati dengan seksama, barulah saya sadar kalau perempuan bercadar itu adalah wanita seksi yang tadi menemani saya," ujar Nasaruddin.

Setelah mendarat di Jeddah, petugas bandara kemudian meminta Nasaruddin masuk ke ruang VVIP (yang khusus diperuntukkan bagi kedatangan keluarga raja). Perempuan seksi yang sudah berganti busana tadi juga ikut masuk ke ruangan tersebut. "Perempuan itu ternyata dari keluarga raja juga. Saya pun hanya bisa mengucap istighfar sambil memperbarui niat perjalanan haji saya."

ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement