Selasa 07 Oct 2014 16:00 WIB

Persembahan Sang Diva

Red:

Sepuluh anak-anak berkumpul di atas panggung. Mereka mengenakan pakaian yang serupa: atasan putih dan bawahan merah. Dua anak laki-laki di antaranya memakai celana biru, berdasi dengan warna yang senada. "Aku bangga jadi anak Indonesia!" kata mereka serempak.

Kemudian, mereka melanjutkan nyanyian dengan lirik yang menonjolkan kebanggaan akan Tanah Air. Mereka lantas menari, bergoyang, dan berputar seiring musik yang mereka bawakan.

Pemandangan seperti ini sepertinya langka sekali. Mengingat kini hiburan bagi anak-anak sudah dimonopoli tayangan dewasa yang marak di berbagai media. Melihat sepuluh anak-anak itu menyanyikan lagu anak-anak, tanpa lirik cinta-cintaan, menumbuhkan optimisme baru untuk dunia hiburan yang layak bagi anak-anak Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Dok Indonesia Kaya

Sepuluh anak itu kemudian berkejaran ke sana-kemari, "Mana eyang? Mana eyang? Eyaaaang." Mereka tampak mencari-cari sosok eyang mereka yang entah di mana. Gaya mereka kocak, khas anak-anak. Pencahayaan panggung juga atraktif, dengan lampu warna-warna yang menambah suasana ceria.

Sesaat kemudian eyang yang mereka cari akhirnya muncul dari balik panggung. Mengenakan baju kebaya bermotif bunga-bunga warna putih dengan bawahan batik sutra khas Lasem, si eyang kemudian disambut kesepuluh anak-anak yang dari tadi heboh mencarinya.

Dialah Titiek Puspa, eyang yang mereka rindukan keberadaannya. Eyang Titiek kemudian bergabung dengan sepuluh anak-anak yang tergabung dalam "Duta Cinta", grup musik besutannya. Wanita yang masih bersahaja di usianya yang ke-77 tahun itu tampak akrab dengan anak-anak yang mereka panggil "cucu" itu.

"Eh, kalian ke sini, duduk di dekat eyang. Eyang mau cerita," ujarnya, kemudian diikuti anak-anak yang duduk melingkar di depan Eyang Titiek. Penonton ikut tersenyum melihat pemandangan manis di depannya. Pertunjukan di Galeri Indonesia Kaya pada Sabtu (9/10) lalu lebih menjadi sebuah ajang reuni dengan Titiek Puspa ketimbang sebuah pertunjukan musik yang kesannya serius.

"Eyang cuman mau pesan. Kalian kalau jadi perempuan harus bisa jaga diri. Jadilah perempuan yang bermartabat," ujar Eyang Titiek disambut anggukkan anak-anak.

Anggota Duta Cinta ini rata-rata masih berusia 12 hingga 15 tahun, "Anak sekolahan," kata Eyang Titiek. Nasihat eyang berlanjut untuk dua anggota laki-laki Duta Cinta, "Kalian juga kalau jadi laki-laki, harus bisa melindungi perempuan." Keduanya kembali mengangguk. Pesan Titiek Puspa ini terdengar lebih universal tidak hanya untuk anak-anak, tetapi untuk semua penonton, tak pandang usia.

Setelah eyang memberikan sedikit nasihat, lalu musik mengalun pelan. Sebuah irama lagu "Apanya Dong" yang pertama rilis oada 1982 terdengar. Lagu ini menjadi latar musik dalam film berjudul sama, yang disutradarai oleh Nya Abbas Akub.

Film ini berkisah tentang Ho Liang (Suryana Fattah), seorang duda keturunan Cina dengan adatnya yang masih kental dengan kebiasaan di negeri leluhur yang kasmaran dengan Pei-Pei. Pei-Pei diperankan oleh Titiek Puspa. Lagu ini kemudian semakin menambah hangat suasana di Galeri Indonesian Kaya. Lantunan suara merdu Eyang Titiek disambut nyanyian penonton, "Apa, apa, apanya dong…. Apanya dong, dang ding dong."

Penampilan Titiek Puspa dengan suaranya yang masih gress tersebut membuka penampilannya dalam pertunjukan yang bertajuk, "Titiek Puspa dan Duta Cinta". Penampilan ini menjadi spesial mengingat jarangnya masyarakat untuk bisa melihat penampilan seorang maestro sekelas Titiek Puspa.

Eyang Titiek di sela penampilannya sempat berujar bahwa penampilannya kali ini untuk memberikan hawa positif di sela-sela suasana politik yang gonjang-ganjing. "Biarkanlah di atas sana ribut. Kita di sini bersama anak-anak Duta Cinta, menjadi bukti kalau kita punya harapan baru untuk masa depan Indonesia," Eyang Titiek Puspa menjelaskan.

Dia juga menambahkan bahwa kecintaannya terhadap seni dan budaya Indonesia tidak akan pernah pudar. "Kita sebagai generasi yang pernah mencicipi masa kecil dengan lagu khusus anak-anak, sudah seharusnya melestarikan kembali lagu-lagu seperti itu ke generasi muda masa kini," lanjut Titiek. 

Dengan memadukan drama dan lagu-lagu yang bersifat nasionalis serta cinta Indonesia, Titiek Puspa berharap dapat membangkitkan semangat anak-anak agar semakin mencintai dan bangga menjadi anak Indonesia.

Pertunjukan drama musikal ini berlatar belakang "Asrama Puspa" di mana penghuni asrama tersebut datang dari anak berbagai bangsa, mulai dari anak keturunan Kamerun, Cina, bahkan Jerman. Semua yang tinggal dalam asrama tersebut tidak hanya diajarkan pelajaran sekolah, tapi juga diajarkan ilmu seni vokal, seni tari, dan akting.

rep:c85 ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement