Selasa 07 Oct 2014 12:00 WIB
siesta

Luangkan Waktu untuk Berduaan

Red:

Setiap pasangan memiliki rencana kehidupannya masing-masing. Contohnya, ada yang memilih menunda memiliki momongan agar bisa lebih lama berduaan. "Ada yang terkadang kaget dengan perbedaan kepribadian pasangannya," kata konsultan pernikahan Indra Noveldy.

Rasa kaget tersebut membuat suami dan istri membutuhkan persiapan mental. Mereka harus membiasakan diri bersatu dalam satu rumah sebelum siap menerima kehadiran anak. Rasa takut dan khawatir terhadap peran yang akan dijalankan ke depannya terkadang menyergap perempuan. Setelah melahirkan, kelak ia harus menjalankan peran ganda sebagai ibu dan istri.

Tak siap mental menghadapi perubahan di kehidupan barunya. Terkadang, perempuan hamil yang tak siap mental cenderung lebih temperamental. Selain dapat berefek buruk pada janin yang dikandungnya, hubungan dengan suami juga bisa berantakan. Apabila pasangan tidak memiliki cukup kedewasaan maka kondisi itu akan menjadi gerbang terpicunya perseteruan. "Kalau merasa belum siap untuk mengandung, bicarakan dengan pasangan dan beritahukan keputusannya kepada keluarga," saran Indra.

Setelah menikah, sebaiknya pasangan tidak terlalu lama menunda program kehamilan. Bagi pasangan dengan usia yang masih cukup muda, waktu satu sampai dua tahun masih ideal untuk menjadi "masa pacaran". Tapi, bagi pasangan yang menikah di usia cukup matang, waktunya maksimal setengah tahun saja.

Berusahalah untuk konsisten dengan tenggat waktu tersebut. Banyak pasangan akhirnya terlena dengan kondisi tersebut sehingga telanjur merasa nyaman dengan hidup berduaan saja. "Ini bisa membahayakan pernikahan," kata Indra.

Tujuan utama menikah adalah membangun rumah tangga. Salah satunya, dengan menghadirkan anak dalam menghidupkan rumah tangga. Jadi, jangan lupakan tujuan awal menikah. Pasangan harus sering berdiskusi agar selalu ingat tujuan pernikahan.

Bagimana jika Tuhan memercayakan kehadiran anak lebih dini dari ekspektasi suami-istri? Cepatlah mengubah cara pandang terhadap kehidupan. Jangan sampai menyalahkan pasangan atau bahkan menolak kehadiran si jabang bayi. Ingat saja anak merupakan anugerah terindah dari Yang Maha Kuasa. Tanamkan di dalam benak, sebentar lagi masing-masing akan memiliki dua peran dalam keluarga.

Tak bisa dimungkiri bahwa waktu untuk berduaan memang dibutuhkan dalam kehidupan berumah tangga. Akan sulit sekali membina hubungan harmonis tanpa adanya waktu berduaan. Pernikahan akan terasa kering tanpa adanya waktu khusus untuk pasangan.

Banyak pasangan yang melupakan hal ini karena terlalu sibuk dengan rutinitas. Istri seolah-seolah menafsirkan hidupnya terfokus untuk mengurus anak dan melupakan tugasnya memanjakan suami. Sementara, suami sibuk mencari nafkah tanpa memberikan perhatian yang cukup bagi sang istri.

Agar keharmonisan keluarga terjaga, sediakan waktu untuk bercengkrama bersama seluruh anggota keluarga. Namun, ada kalanya pasangan perlu menghabiskan waktu berduaan saja. "Menitipkan anak pada anggota keluarga yang dipercaya bisa menjadi solusi agar suami-istri dapat berduaan sejenak," kata Indra. rep:nora azizah ed: reiny dwinanda

Teman Curhat

Orang yang sudah menikah sebaiknya berhati-hati apabila terbiasa curhat dengan sahabat, terlebih jika teman curhat merupakan lawan jenis. Indra mengingatkan, bisa jadi kebiasaan itu menjadi pintu gerbang perselingkuhan. "Tempat terbaik untuk mencurahkan isi hati selain Tuhan adalah pasangan hidup," ujar Indra.

Bukan hanya mereka yang suka main mata yang bisa terjebak dalam perselingkuhan. Sesorang yang tidak celamitan pun cenderung akan selingkuh dengan teman curhatnya. Sebelum hubungan persahabatan mengarah ke perselingkuhan, sebaiknya segera tinggalkan kebiasaan tersebut. "Jangan pernah lagi tergoda untuk melakukannya," saran Indra.

Dari sisi psikologi, tidak ada patokan mengenai intensitas kebersamaan suami-istri yang bisa membuat sebuah hubungan berjalan baik. Kesepakatan bersama menjadi penentunya. Pentingnya kata sepakat sebaiknya sudah tercapai sejak merencanakan pernikahan. Pasangan sudah tahu arah pernikahan, tujuan, hingga rencana-rencana panjang ke depan. "Apabila ingin menunda memiliki anak juga menjadi pilihan yang diputuskan bersama," tutur psikolog Ine Indriani MPsi.

Waktu tersebut bisa dipergunakan untuk mengenal karakter masing-masing. Terlebih, keduanya baru saja tinggal serumah. Kenali tradisi keluarga besar, kepribadian, serta kelebihan dan kekurangan pasangan.

Setelah menikah, ada hal-hal yang tampak remeh namun dipandang sebagai sesuatu yang penting oleh pasangan. Misalnya, perempuan merasa tak perlu berdandan saat di rumah. Jika suami mementingkan penampilan, hal tersebut akan berpengaruh pada penilaian suami terhadap istrinya. Suami akan berpikir istrinya tak lagi manis seperti sebelum menikah. Ketika sudah memiliki anak pun terkadang perempuan tak lagi menempatkan diri dengan baik. Terkadang, perempuan lebih fokus ke anak sehingga melupakan tugasnya sebagai istri untuk membahagiakan suami. "Dua peran tersebut harus bisa dijalankan dengan baik," kata Ine.

Sebaiknya, laki-laki dan perempuan yang akan menikah membuat kesepakatan mengenai karier keduanya. Temukan solusi mengenai keterbatasan waktu berdua. Jika sering terpisah karena perjalanan dinas ke luar kota, misalnya, teknologi komunikasi bisa dimanfaatkan untuk menjalin keakraban. Aturlah waktu untuk video call. Meski demikian, pasangan harus tetap menjadwalkan waktu untuk bertatap muka. Komitmen untuk tetap memiliki waktu bertatap muka harus tetap ada dan terjaga dengan baik. "Hal tersebut tak bisa tergantikan," ujar Ine.

Di samping memenuhi kebutuhan untuk bermesraan dengan suami, perempuan juga perlu meluangkan waktu agar bisa me time.  Entah itu dengan merawat tubuh atau menjalankan hobi. Waktu untuk diri sendiri perlu untuk memberikan energi sehingga ketika menjalankan peran di rumah baik sebagai ibu atau istri, ia bisa menjalankan perannya secara lebih optimal," urai psikolog yang berpraktek di RS Pantai Indah Kapuk ini.

Bujet Bulan Madu

Banyak manfaat yang bisa dipetik pasangan suami-istri saat berbulan madu. Akan tetapi, kegembiraan tersebut bisa berujung petaka bagi keuangan keluarga jika dananya tak dipersiapkan dengan baik. "Besarnya bujet akan bergantung pada pilihan lokasi bulan madu," kata perencana keuangan Aidil Akbar.

Dana bulan madu tidak tergabung dalam pos-pos keuangan, seperti hiburan atau gaya hidup. Bujet ini berdiri sendiri layaknya menabung untuk berlibur. Dengan kata lain, pasangan suami-istri tak bisa memanfaatkan pos keuangan yang sudah ada.

Setiap pasangan harus menentukan terlebih dahulu lokasi yang dituju untuk berbulan madu dan menyusun agenda perjalanan untuk dapat mengkalkulasi bujet. Misalnya, bulan madu akan dihabiskan di kamar hotel saja atau memang akan ada momen jalan-jalan khusus hingga makan malam romantis. Semua harus diperhitungkan sejak awal perencanaan dengan detail agar nantinya tak sampai lebih besar pasak daripada tiang.

Poin terpenting, pasangan harus realistis dalam menentukan rencana bulan madunya. Pilih destinasi yang bujetnya sesuai dengan kemampuan finansial. Perlu diingat, bulan madu tak harus pergi ke tempat mewah dan mahal. Kualitas kebersamaan bergantung pada usaha untuk menyenangkan satu sama lain ke mana pun kaki melangkah.

Sebelum menyusun bujet bulan madu, hitung terlebih dahulu setiap kebutuhan yang harus dipenuhi. Pendapatan suami dan istri harus dialokasikan untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari, dana darurat keluarga, cicilan dan utang, serta pengeluaran lain yang wajib dibayarkan. Setelah itu, pasangan akan mengetahui dana yang tersisa dan dapat menentukan besaran biaya bulan madu yang akan ditabungkan untuk berbulan madu.

Aidil tak merekomendasikan fasilitas pinjaman dana bulan madu yang ditawarkan dari bank atau perusahaan travel. Tidak perlu memaksakan diri pergi bulan madu ke tempat mewah, apalagi sampai harus berutang. Kelak, andaikan bujetnya terlampau besar dan suami-istri akan kerepotan melunasinya.

Hal terpenting yang mesti diingat oleh pasangan yang baru menikah ialah persiapan tabungan pendidikan anak. Tabungan ini harus disiapkan sejak awal pernikahan. Meski memilih menunda memiliki momongan, pasangan suami-istri sebaiknya mengingat suatu hari Tuhan mungkin saja menganugerahkan mereka dengan kehadiran buah hati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement