REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir, gagal mempersembahkan medali emas bagi kontingen Indonesia. Keduanya hanya mampu meraih perak setelah kalah dari pasangan Cina, Zhang Nan-Zhao Yunlei, dengan dua gim langsung 16-21, 14-21.
"Kami minta maaf, target kami seharusnya emas. Namun, saingan kami juga berat dan kami banyak belajar dari kekalahan ini," ujar Liliyana Natsir di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, usai berjuang di pentas Asian Games 2014 Incheon.
Liliyana Natsir adalah pebulu tangkis wanita yang jarang dimiliki Indonesia karena talenta hebat yang dimilikinya. Selain itu, perempuan kelahiran Manado, 9 September 1985 ini juga menorehkan berbagai prestasi yang mengharumkan tanah air.
Lilyana merupakan anak bungsu dari pasangan Beno Natsir dan Olly Maramis. Sejak duduk di sekolah dasar, Lilyana sudah bergabung dengan klub bulu tangkis Pisok, Menado. Pada tahun 1997, Lilyana yang berusia 12 tahun diterima masuk di PB Tangkas Jakarta
Sepanjang kariernya, Lilyana adalah spesialis pemain ganda. Perempuan berusia 29 tahun ini bisa bermain sebagai ganda putri maupun ganda campuran. Namun, permainan terbaiknya adalah ketika bermain ganda campuran berpasangan dengan Nova Widianto dan Tantowi Ahmad.
Dikenal sebagai atlet yang ramah, disiplin, dan pekerja keras, Lilyana akhirnya berhasil mendapatkan gelar juara di turnamen All England pada 2012 berpasangan dengan Tontowi Ahmad. Gelar ini sekaligus menyudahi penantian panjang selama 33 tahun untuk prestasi ganda campuran di ajang All England setelah terakhir kali dipersembahkan pasangan Christian Hadinata dan Imelda Wigoena pada 1979 silam.
Bukan hanya itu, atlet yang biasa dipanggil Butet ini mampu menjuari juara All England tiga kali secara berurutan di dua tahun berikutnya. Berkat prestasinya tersebut, Butet menjadi pemain putri pertama di Indonesia yang berhasil merebut tiga gelar di ajang bergengsi tersebut.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
