Rabu 01 Oct 2014 14:00 WIB

Anwar Abbas, Doa ke Tanah Suci

Red:

"Jika anda ingin berangkat ke Tanah Suci, berdoalah". Itulah resep pertama yang dilontarkan Bendahara Umum PP Muhammadiyah, Anwar Abbas (59) kepada Republika saat diwawancara di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Kamis (25/9).

Kisah Anwar berhaji pada 2001 membuatnya terkenang akan doa. Saat itu, dia mendapat undangan menjadi pembimbing haji dari organisasi wanita Muhammadiyah, Aisyiyah. Untuk berangkat, dia harus menyediakan sejumlah uang guna membeli tiket perjalanan ke Makkah.

"Saya tidak punya uang waktu itu. Namun, setelah saya cari pinjaman ke mana-mana, akhirnya ada teman yang meminjamkan uang, yang lalu saya bayarkan langsung," ujar Anwar. Nahasnya, setelah uang dia serahkan, tiba-tiba kabar buruk datang. Dia mendapat penjelasan bahwa dia tidak bisa mendapatkan jatah tempat duduk (seat) di dalam pesawat. Kabar itu kontan merontokkan hatinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:yogi ardi?republika

Anwar Abbas.

Dengan berat hati, dia pun menerima pengembalian uang dari panitia. Hasil pinjaman itu pun diberikan kembali kepada temannya yang meminjamkan. Dia kecewa karena meski memegang uang, tak bisa digunakan untuk membeli tiket ke Tanah Suci.

Hari itu juga, Anwar pun mengadu kepada Allah SWT. Dengan mengenakan pakaian yang paling bagus di dalam lemarinya, dia mendatangi masjid di dekat rumahnya saat Azan Maghrib memanggil. "Usai Shalat Maghrib hingga jelang Isya, saya tidak henti menangis kepada Allah. Saya protes kepada Allah. Saya meminta kepada Allah agar bisa berangkat ke Makkah," ujar dia mengenang.

Setiap hari, seusai shalat lima waktu, dia berdoa agar Allah memanggilnya. Semakin hari, semakin dalam doanya kepada Allah. Doanya masih satu. Berangkat ke Tanah Suci. Lambat-laun, protes yang dilontarkannya kepada Sang Pencipta menjadi kepasrahan. Dia pun memohon untuk diberi jawaban terbaik.

Sepuluh hari Anwar berdoa, panggilan itu pun datang lewat Ketua PP Muhammadiyah Prof Din Syamdsudin. Anwar yang datang lebih awal dari Din langsung menunggu sang ketua di dalam ruangannya. Saat Din datang, Din mengatakan adanya undangan haji dari Raja Arab Saudi untuk PP Muhammadiyah.

Awalnya, Din telah menawarkan kepada beberapa Pengurus Wilayah Muhammadiyah. Tapi, karena masih harus menyediakan sejumlah uang untuk membeli tiket perjalanan ke Makkah, belum ada pengurus wilayah yang menyatakan kesiapannya.

Peluang itu tak disia-siakan Anwar. Dia lantas mengajukan diri untuk berangkat haji. Di hadapan Din, dia mengatakan siap untuk menghadiri undangan Raja tersebut. Namun, Din tampak ragu bahwa Anwar mempunyai uang untuk membayar tiket.

"Saya langsung bilang sama Pak Din bahwa saya punya uang. Dan, saya katakan ke Pak Din kalau Pak Din tidak percaya dalam dua jam saya akan bawa uang saya," kata Anwar kepada Republika sambil tertawa mengingat kejadian itu.

Padahal, Anwar tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli tiket pesawat ke Makkah. Satu-satunya yang tersisa hanyalah sebuah keyakinan bahwa Allah SWT akan membantunya.

Saat itu, sang doktor syariah harus berpacu dengan waktu mengumpulkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit. "Saya langsung ingat teman saya yang nggak jadi saya pinjam uangnya waktu itu. Saya hubungi lagi dia. Dan, Alhamdulillah, dia mau minjemin saya uang," kata dia.

Tanpa menunggu waktu, uang tersebut dia serahkan kepada panitia. Selang beberapa hari kemudian, tiket pesawat terbang rute Bandara Internasional Soekarno Hatta menuju Jeddah telah berada di tangannya.

Di hadapan Ka'bah, kata Anwar, dia tak henti menangis berterima kasih atas panggilan Allah SWT kepada dirinya. Dia mengaku, semakin meyakini bahwa Allah SWT selalu mendengar doa hamba-hambanya. "Allah SWT tidak pernah tidur. Dan, Allah selalu mendengar doa hambanya yang berdoa dengan sungguh-sungguh," ungkapnya.

rep:c60 ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement