Kamis 25 Sep 2014 13:00 WIB

Dimainkan di Melayu

Red:

Pertunjukan musik akordeon di Erasmus Huis pada Senin (22/9) menjadi pemanis hubungan antara Indonesia dan Belanda. Tak hanya menggelar pertunjukan musik, pihak penyelenggara ternyata juga mengadakan workshop akordeon untuk musisi Indonesia.

"Nanti yang terbaik akan kami undang untuk ikut tampil di Belanda," ujar Pieterkel Berkers salah satu musisi akordeon yang terlibat dalam proyek ini.

Selain itu, kerja sama antara Indonesia dan Belanda ini sekaligus menjadi pengingat bahwa kita juga punya akordeon sebagai instrumen musik tradisional. Di tanah Melayu, akordeon berdampingan dengan gambus menjadi alat musik utama untuk mengiringi lantunan syair-syair Melayu.

Selain akordeon juga digunakan untuk prosesi berbalas pantun salam kebudayaan Melayu Riau. Namun, bagaimana asal mula akordeon bisa sampai ke tanah Melayu? Itu masih misteri. Bisa jadi bangsa penjajah yang pernah berkuasa di Melayu yang mengenalkannya kepada masyarakat Melayu dan menjadi salah satu instrumen musik pokok dalam perkembangan musik Melayu.

Menurut sejarah, akordeon yang asli diciptakan tahun 1822 oleh seorang seniman dari Jerman, Christian Fried. Lalu, oleh Cyrill Demian pada 1829 Akordeon tersebut baru dipatenkan. Akhirnya semakin lama semakin terkenal dan mulai dikenal di Inggris pada 1831.

Apa dan bagaimana akordeon hingga sampai ke Indonesia, yang terpenting adalah agar kita bisa melestarikannya. Dalam pertunjukannya Senin lalu, Gerard Beljon mengakui secara pribadi bahwa akordeon telah menjadi alat musik dunia, termasuk Melayu. "Saya juga tertarik untuk mempelajari akordeon di dunia Timur, salah satunya di Indonesia," ujarnya.

Akordeon sendiri termasuk alat musik yang sulit untuk dimainkan. Bernada diantonis, akordeon mewajibkan pemainnya untuk menyelaraskan permainan tuts dengan jari kanan, akord dengan jari kiri, dan tekanan oleh kedua tangan. rep:c85 ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement