Kamis 25 Sep 2014 13:00 WIB
Situs

Jeddah

Red:

Jeddah memang bukan salah satu tempat yang sering disebut-sebut dalam sejarah Islam. Hanya, saat ini Jeddah telah menjelma sebagai salah satu kota penting di Arab Saudi. Ini tak lain karena lokasinya yang berada di tepi Laut Merah. Jeddah pun menjadi salah satu kota niaga terpenting di Arab Saudi, bahkan menjadi kota terkaya di kawasan Timur Tengah dan Asia Barat.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:reuters

Kota ini memiliki dua julukan karena cantiknya disebut sebagai Sang Pengantin Putri Laut Merah. Selain itu, karena sering kali menjadi pintu masuk jamaah haji dan umrah menuju Kota Makkah atau Madinah, Jeddah juga mendapat julukan sebagai kota Pintu Gerbang Dua Tanah Haram.

Salah satu objek wisata yang terkenal di Kota Jeddah adalah objek wisata Nafura King Fahd. Terdapat air mancur yang diklaim sebagai tertinggi di dunia yang ketinggian air mancurnya bisa mencapai 312 meter. Air mancur ini dibangun pada 1980 di tengah Laut Merah di wilayah istana raja.

Menurut para sejarawan, keberadaan Jeddah sebenarnya sudah ada sejak 2.500 tahun yang lalu. Pada masa itu, Jeddah masih berupa suatu desa kecil bernama ‘Quda’a’ dengan mayoritas mata pencaharian penduduk setempat sebagai nelayan.

Kata Jeddah dalam bahasa Arab berarti nenek perempuan. Disebut demikian karena di salah satu kompleks pemakaman kota inilah disebut-sebut ada pemakaman Siti Hawa, istri Nabi Adam AS. Lokasinya yang strategis menyebabkan Kota Jeddah berkembang pesat menjadi pusat perdagangan antara negara-negara Timur Tengah, Mediterania, dan negara-negara Eropa Timur.

Pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan pada 648 M, Kota Jeddah sudah dijadikan sebagai pintu gerbang atau pintu masuk (pelabuhan) secara resmi bagi jamaah yang hendak masuk ke Kota Makkah. Sejak itulah, Jeddah mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Lokasi Kota Jeddah yang sangat strategis ini sempat menarik perhatian bangsa Portugis dengan kebijakan ekspansinya. Pada 1516, Portugis pernah berencana untuk menduduki Kota Jeddah.

Namun, pada saat itu, Kota Jeddah masih di bawah kekuasaan Kerajaan Ottoman yang berpusat di Turki. Untuk menghindari serangan Portugis, di sekeliling Kota Jeddah yang menghadap Laut Merah dibangun tembok/benteng dengan hanya satu pintu masuk pelabuhan. Bahkan, pemerintahan Ottoman tidak mengizinkan perwakilan negara asing, terutama dari Eropa, untuk mendirikan kantor perwakilan di kota ini.

Baru pada 1825, di Jeddah diizinkan dibuka perwakilan negara asing negara Eropa. Yang pertama membuka kantor perwakilan adalah negara Prancis dan Inggris. Lokasinya di sekitar Ballad. Karena itu, Jeddah juga mendapat julukan Biladul Qonashil atau The City of Consulaty dan sekarang disebut al-Balad.

ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement