Senin 22 Sep 2014 16:30 WIB

Pemerintah Butuh Kampung Siaga

Red:

JAKARTA -- Kebakaran cenderung sering terjadi pada musim kemarau, khususnya di permukiman padat. Menurut pengamat tata kota Yayat Supriatna, hampir 70 persen kebakaran di DKI Jakarta disebabkan arus pendek listrik (korsleting). Untuk itu, kata dia, perlu dibentuk kampung siaga bencana, khususnya kebakaran.

Ia menjelaskan, ketika cuaca panas, masyarakat akan menggunakan energi listrik yang lebih banyak, seperti kipas angin, pendingin udara (AC), dispenser, dan televisi. "Sementara, kabel yang digunakan rata-rata tidak standar. Jadi, ada kabel-kabel biasa yang digunakan untuk menyambung listrik dan itu mengakibatkan pemanasan lalu korslet," kata Yayat kepada Republika, Ahad (21/9).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/ Tahta Aidilla

Pedagang menawarkan peci di pemukiman padat Kampung Bandan, Jakarta Utara, Rabu (25/6).

Yayat mengatakan, kebakaran juga disebabkan kesalahan pemasangan, misalnya adanya warga yang mencuri listrik. Selain itu, pengawasan yang lemah dan jarak antarrumah yang rapat juga menjadi penyebab kebakaran meluas dengan cepat. "Di tengah permukiman padat yang dalam satu kilometer perseginya itu bisa dihuni sampai 15 ribu-16 ribu orang yang sempit akses masuk, kebakaran lebih banyak memakan korban," ujarnya.

Hidran yang tersedia pun, lanjut Yayat, kurang berfungsi, bahkan ada yang tidak berfungsi karena tidak dirawat. Faktor kemacetan juga berpengaruh pada keterlambatan penanganan kebakaran yang terjadi di lapangan. "Api sudah ke mana-mana, penangananan terlambat. Itulah mengapa luasan atau besaran makin banyak korbannya," jelasnya.

Sebagai salah satu contoh adalah kebakaran yang terjadi pada Sabtu (20/9) malam di Jalan Kebon Kacang Raya RT 03/RW 08, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kebakaran itu akibat korsleting listrik di salah satu rumah penduduk. Embusan angin yang kencang membuat api cepat menyebar dari satu rumah ke rumah lain. Puluhan rumah pun ludes terbakar.

Terkait kebakaran, Yayat pun mengimbau pemerintah untuk rutin mengadakan pelatihan kepada masyarakat dalam menghadapi kejadian tidak terduga, seperti kebakaran dan banjir. Pemerintah, lanjutnya, bisa membentuk kampung siaga bencana. "Jadi, pertama di sana lengkap sarana penanggulangan bencananya. Kedua, lengkap dengan early warning system-nya, seperti sirine, kentongan, juga papan informasinya," papar Yayat.

Kampung siaga bencana juga harus memiliki area evakuasi dan jalur yang mudah diakses kendaraan pemadam kebakaran. Terakhir, kata Yayat, harus selalu ada peringatan untuk berhati-hati dalam pemasangan dan penggunaan peralatan listrik.

Yayat juga mengaku, mendukung program Pemprov DKI Jakarta untuk memindahkan warga di wilayah rawan kebakaran ke rumah susun (rusun). Menurutnya, jika tidak ada pencurian listrik atau pemasangan yang tidak benar, rusun setidaknya aman dari korsleting listrik. "Karena, di sana ada sakelar otomatis yang kalau terjadi gangguan, listrik langsung mati," ujarnya.  rep:c82/c89 ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement