Kamis 18 Sep 2014 14:00 WIB

Sinyal Positif Gunung Padang

Red:

CIANJUR -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menyatakan, hasil awal penelitian Situs Gunung Padang memberikan tanda sangat positif. Yakni, adanya indikasi dan bukti bahwa di situs ini dulunya adalah peradaban pada 3000 Sebelum Masehi (SM).

"Indonesia harus bangga ditakdirkan menjadi orang yang punya peradaban tinggi. Situs Gunung Padang merupakan bukti bangsa ini punya kebudayaan tinggi," ujar Nuh saat mengunjungi proses penggalian Situs Gunung Padang di Cianjur, Rabu (17/9).

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Agus Bebeng/Antara

Sejumlah peneliti melakukan penelitian di kawasan situs megalitikum Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, Senin (15/9).

Menurut Nuh, untuk menemukan bukti adanya peradaban dalam situs Gunung Padang perlu melakukan tiga fase tahapan. Tahap pertama yang dilakukan adalah penelitian, tahap kedua konservasi, dan tahap ketiga promosi.

Pada fase penelitian ini, ujar Nuh, yang paling menonjol adalah upaya membuktikan hipotesis yang sudah dibangun. Sehingga, tidak  perlu masuk ke dalam wilayah kontroversi karena dalam penelitian selalu ada dugaan-dugaan.

"Untuk membuktikan rasa penasaran ini apakah hipotesis yang dibuat benar atau tidak maka dilakukan penelitian. Apa benar di sini ada kebudayaan tinggi berusia ribuan tahun. Untuk tahu jawabnya, dilakukan penelitian," kata Nuh.

Menurut Nuh, pihaknya memberikan dukungan penuh bagi penelitian dan ekskavasi Situs Gunung Padang. Ini bertujuan agar rasa penasaran terhadap peradaban seperti apa di Gunung Padang bisa terobati.

Menurut Nuh, penelitian Situs Gunung Padang ini harus didukung oleh lintas sektor. Yakni, ada Kementerian Pekerjaan Umum yang membuka akses jalannya dan Kementerian ESDM terkait urusan mineral bawah tanah.

Selain itu, penelitian ini juga melibatkan TNI karena memiliki komitmen untuk membuktikan adanya peninggalan peradaban di situs Gunung Padang. Namun, urusan substansi tetap dipegang oleh arkeolog dan ahli geologi.

Wakil Ketua Tim Nasional Peneliti Situs Gunung Padang, Ali Akbar mengatakan, timnya melakukan pengeboran sedalam 11 meter hingga menemukan koin perunggu yang dibuat dengan teknik cetak. Koin ini memiliki diameter 1,7 cm dan motif hiasannya sangat rumit.

Pada ekskavasi setengah meter dari permukaan tanah, ujar Ali, ditemukan banyak artefak yang berusia 500 SM. Lalu, saat dilakukan  ekskavasi sedalam empat meter ditemukan artefak dan struktur batu andesit dengan usia 5200 SM.

"Ekskavasi ini kami perluas lagi wilayahnya. Sebab, penemuan artefak dan batu andesit kuno saja sudah sangat penting," kata Ali.

Batu andesit dengan usia 5200 SM, ujar Ali, lebih tua dari Piramida Mesir. Ini menunjukkan, peradaban Situs Gunung Padang memiliki usia lebih tua dari peradan piramida.

Di Situs Gunung Padang ini, terang Ali, setidaknya terdapat tiga lapis kebudayaan, antara lain, 500 SM, 5200 SM, dan 10000 SM. "Saya belum mau membahas ini lebih lanjut sebab baru mendapat data dari hasil pengeboran dan artefak," terangnya.

Selain itu, kata Ali, perlu disampaikan pada masyarat terkait adanya pengeboran yang dilakukan peneliti tidak akan merusak keberadaan dan susunan batu yang ada di areal situs. Pengeboran dilakukan sangat hati-hati dan mata bor hanya lima cm. "Tujuan penelitian ini tentunya untuk melestarikan. Jadi, cara pengeboran sangat hati-hati dan tidak sembarangan dan tidak akan merusak," katanya.

Pengeboran itu bertujuan untuk mengetahui atau mencari kebenaran dasar Situs Gunung Padang, apakah ada ruangan, padat, atau ada sesuatu hal yang lainnya. Terakhir, yang saya tahu, pengeboran baru sedalam 11 meter. Saya lihat di pipa bornya ada lapisan pasir, lalu ada batu yang tipis sekitar sepuluh sampai 15 sentimeter dan posisi batu terpasang horizontal," katanya.

Wisatawan

Meskipun Timnas Peneliti Gunung Padang melakukan penelitian, situs yang dianggap tertua di dunia itu masih terbuka untuk umum atau wisatawan. "Wisatawan masih bisa berkunjung, tapi kami membatasi agar tidak berdekatan dengan lokasi penelitian," kata Ali.

Dia menjelaskan, mekanisme penutupan bukan kebijakan timnas, melainkan pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tapi, selama ini tidak ada instruksi bahwa kunjungan ke situs ditutup.

"Warga masih bisa melihat-lihat. Tapi, ada jarak tertentu agar tidak mendekati lokasi penelitian. Sebab, dikhawatirkan akan membahayakan pengunjung," katanya. rep:dyah ratna meta novia  ed: muhammad hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement