Rabu 17 Sep 2014 13:00 WIB

Siapkan Rp 3 T, BRI Tetap Kalah dari J Trust

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA -- Bank Rakyat Indonesia (BRI) harus mengakui kekalahan dalam tender pembelian Bank Mutiara. BRI kalah dari investor Jepang, J Trust Co Ltd, meski telah menyiapkan dana sekitar Rp 3 triliun untuk kegiatan akuisisi bekas Bank Century itu.

"Kami menghormati putusan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), karena pasti sudah memperhitungkan berbagai hal untuk dapat memberikan benefit maksimal bagi negara," ujar Sekretaris Perusahaan BRI Budi Satria dalam pesan singkatnya, Selasa (16/9).

BRI merupakan satu dari 11 investor yang memasukkan dokumen pendaftaran untuk pembelian saham Bank Mutiara. Dari 11 investor tersebut, empat investor berasal dari Indonesia, terdiri dari satu bank, dua lembaga keuangan, dan satu konsorsium. Tujuh investor lainnya berasal dari Malaysia, Hong Kong, Jepang, dua dari Singapura, dan dua lainnya.

Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni pernah menjelaskan perihal keikutsertaan dalam proses tender tersebut. Ia mengatakan, dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) BRI, perseroan menargetkan mengakuisisi sekuritas, asuransi, dan bank.  

Khusus untuk bank, BRI mencari perusahaan yang memiliki bisnis yang sejalan, yakni usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Bank Mutiara dinilai memiliki bisnis sejalan.  BRI telah menyiapkan dana sebesar Rp 3 triliun untuk akuisisi pada tahun ini. Menurut Baiquni, anggaran dana dapat sewaktu-waktu ditambah jika diperlukan.

Hingga kini belum diketahui secara pasti berapa uang yang dikeluarkan J Trust untuk membeli Bank Mutiara. Pejabat LPS masih tutup mulut karena menghormati kesepakatan dengan investor. Nilai transaksi detail akan dijelaskan pada waktunya.

Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho mengatakan, proses penetapan calon investor pemenang telah memperhatikan faktor-faktor harga penawaran yang baik dan di atas harga dasar penjualan. Namun, sejumlah kalangan meyakini harga Bank Mutiara berada di bawah dana penyelamatan pemerintah sebesar Rp 7,9 triliun.

Komisaris Independen PT Bank Mutiara Tbk Eko B Supriyanto pun mengaku tidak mengetahui harga yang ditawarkan investor asal Jepang itu. Menurutnya, J Trust merupakan investor yang besar serta berkomitmen tinggi dalam mengembangkan bisnis. 

Pemerintah menyelamatkan Bank Mutiara saat terjadi gejolak ekonomi pada 2008. Total uang yang digelontorkan mencapai Rp 7,9 triliun. Terdiri atas penyertaan modal sementara sebesar Rp 6,7 triliun serta suntikan modal terakhir pada Desember 2013 sebesar Rp 1,2 triliun. Harga awal penjualan Bank Mutiara pernah ditetapkan sebesar Rp 6,7 triliun sesuai harga PMS. Namun, setelah lima tahun, bank tersebut tak berhasil dijual.

J Trust  harus melewati penyeleksian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelum mengambil alih Bank Mutiara. Namun, hingga kini OJK belum menerima dokumen dari J Trust Co Ltd untuk proses fit and proper test. Perusahaan investasi asal Jepang itu masih secara informal berdiskusi dengan OJK mengenai dokumen-dokumen yang harus disiapkan.

"Mereka lagi komunikasi persisnya persyaratan-persyaratan. Mereka akan jadi PSP dan belum pernah fit and proper test di Indonesia. Daripada mereka bolak-balik," ujar Kepala Eksekutif Bidang Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nelson Tampubolon ketika ditemui di lingkungan DPR/MPR, Selasa (16/9).

Ekonom Bank Tabungan Negara A Prasetyantoko mengatakan,  benchmark pembelian bank umumnya satu setengah kali  Price to Book Value (PBV). “Jadi, kalau dibeli Rp 4 triliun atau Rp 5 triliun sudah bagus. Tapi, kita sama-sama tunggu saja pengumuman resminya,” kata dia.

Analis Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengaku belum memiliki hitungan mengenai harga jual Bank Mutiara ke J Trust.  Tapi, jika melihat saham Bank Mutiara di lantai bursa (BCIC), harganya stagnan di level Rp 50.  Ini terjadi karena hambatan likuditas. ''Syukur kalau harga sahamnya bisa bergerak ke Rp 75. Untuk ukuran kepemilikan baru, nilai saham Bank Mutiara bisa naik mendekati 50 persen dari harga saat ini sudah sangat bagus,'' kata Reza.

Dia menilai, kabar pembelian Mutiara oleh J Trust tak akan langsung menjadi sentimen positif bagi investor untuk kembali membeli saham BCIC. Terlebih lagi saham Bank Mutiara sudah lama stagnan. ''Investor masih mengamati dan menunggu dulu kejelasan pemegang saham baru Bank Mutiara,'' katanya.

J Trust merupakan perusahaan Jepang yang bergerak dalam multi sektor dari industri keuangan sampai real estate. J Trust telah masuk ke Indonesia  melalui kerja sama dengan PT Bank Mayapada dan J Trust Asia PTE  LTD. J Trust membeli 10 persen saham Bank Mayapada pada Desember 2013.

n rep: satya festiani, fuji pratiwi ed: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement