Selasa 16 Sep 2014 17:00 WIB
buah hati

Berburu ‘Harta Karun’

Red:

Kreativitas dan hasrat bereksperimen yang sangat besar membuat anak-anak mampu menyulap rumah yang semula rapi menjadi bak diterjang tsunami hanya dalam hitungan menit. Padahal, orang tua sering kali membutuhkan waktu berjam-jam untuk membuatnya rapi. Tak hanya membuat rumah seperti kapal pecah, banyak juga barang yang hilang dan sulit ditemukan saat dibutuhkan.

Siklus rumah rapi lalu berantakan dan banyak barang hilang ini lama-lama membuat kami berpikir bahwa anak-anak harus belajar bertanggung jawab dan mulai dilibatkan dalam kegiatan merapikan rumah. Hanya, mereka belum apa-apa pun sudah mengeluh.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Dokumen Pribadi

"Aku capek, pusing. Ingin tidur." Demikian keluh Naura (5 tahun) ketika diajak membereskan kamar dan mainannya sendiri.

"Aku hanya membereskan punyaku sendiri ya, Ma." Kalau ini jawaban Sasha (10).

Dengan sedikitnya keterlibatan anak-anak, saya dan suami harus menghabiskan banyak waktu dan energi untuk merapikan rumah. Tak jarang, anak-anak menyela pekerjaan beberes ini. Entah karena mereka ingin makan, minum, ataupun jadi asyik bermain begitu mainan lamanya yang hilang ketemu lagi.

Agar kegiatan beres-beres ini menyenangkan, juga lebih efektif dan efisien, saya dan suami mencoba mengubah mindset anak-anak tentang merapikan rumah dari sesuatu yang melelahkan dan menjemukan menjadi kegiatan yang menyenangkan, banyak manfaat, dan melatih anak memiliki rasa tanggung jawab terhadap barang miliknya.

Hal pertama yang kami lakukan adalah menyebut kegiatan tersebut dengan istilah yang menarik dan menggugah ketertarikan anak-anak, yakni dengan sebutan ‘berburu harta karun’. Ide ini tercetus karena begitu seringnya kami menemukan banyak barang hilang, seperti mainan kesayangan, komik, peralatan belajar, bahkan kosmetik, dan perlengkapan jilbab saya. Bahagia sekali rasanya menemukan barang-barang yang selama ini hilang dan sulit ditemukan. Rasanya seperti menemukan harta karun saja.

"Besok, kita berburu harta karun ya, sayang." Ajakan saya ajukan biasanya pada Jumat atau Sabtu sehingga anak-anak tidak terlalu terkejut kalau secara tiba-tiba diajak beres-beres rumah.

"Adek Naura dan Mbak Sasha besok berharap menemukan apa?" Kalimat ini saya maksudkan untuk memancing antusiasme anak-anak. Biasanya, kalimat ini juga memancing mereka untuk mengingat kembali sejumlah barang yang hilang dan sulit ditemukan meski sudah dicari ke mana-mana.

Ketika hari H tiba, anak-anak biasanya lebih enjoy membereskan kamar dan mainannya. Teriak gembira sesekali terdengar saat mereka menemukan ‘harta karun’, barang yang hilang.  Saya dan suami bisa lebih konsenstrasi membereskan yang lain. Dengan tim yang solid begini, menyulap rumah yang semula seperti kapal pecah menjadi rapi biasanya menjadi lebih cepat.

Usai beres-beres, biasanya masing-masing kami akan mengumpulkan temuan harta karun yang didapat. Tak hanya mereka, saya dan suami pun sering kali takjub dengan temuan-temuan kami.  Kami pun saling berterima kasih jika kebetulan barang pribadi kami ditemukan oleh yang lain. Lalu, anak-anak biasanya berinisiatif menjaga barang atau miliknya lebih rapi dan lebih berhati-hati agar tidak hilang lagi.

Perburuan ‘harta karun’ biasanya kami akhiri dengan memberi reward bagi anak-anak. Biasanya dengan menyajikan menu kesukaan mereka, seperti es krim dan puding. Kini, anak-anak semakin terlatih untuk bertanggung jawab atas barang miliknya. Beres-beres rumah yang semula menjemukan perlahan berubah menjadi kegiatan yang menyenangkan, penuh tantangan, dan kejutan. ed: reiny dwinanda

Oleh Ririn Handayani

Ibu dua anak, berdomisili di Jember, Jawa Timur

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement