Selasa 16 Sep 2014 17:00 WIB
kesehatan

Melawan Alzheimer

Red:

Penggemar serial drama Korea mungkin akrab dengan film A Moment to Remember. Film itu menceritakan tentang kisah seorang istri penderita alzheimer. Suami tetap setia mendampinginya walau terkadang sang istri tak mengenali sosok pria yang menjadi pendamping hidupnya tersebut. Penyakit alzheimer juga menggetarkan dunia politik Amerika Serikat saat mantan presiden Ronald Reagen terdiagnosis menderita alzheimer pada 1994. Reagen kemudian meninggal 10 tahun kemudian.

Alzheimer merupakan satu penyakit yang berhubungan dengan menurunnya fungsi otak. Ini bukan penyakit menular atau turunan. Seseorang yang menderita alzheimer skema otaknya akan terlihat cenderung mengerut daripada mereka yang normal. "Tetapi, siapa saja berpotensi menderita alzheimer," kata Dr dr Czeresna Heriawan Soejono SpPD-KGer dalam talkshow bersama Alzheimer Indonesia, Rabu (10/9) silam di Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:telegraph.co.uk

Alzheimer merupakan salah satu bentuk dari demensia atau kepikunan. Demensia merupakan penyakit kepikunan secara keseluruhan. Ada banyak penyebab demensia, dan alzheimer menjadi salah satunya. Penyakit ini menyerang fungsi otak sehingga mengalami penurunan. Penderitanya akan kehilangan kemampuan intelektual dan sosialisasi yang cukup parah sampai sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Hingga saat ini penyebab alzheimer belum ditemukan. Demikian pula obat untuk penderitanya. "Kita hanya bisa mencegah agar tidak mengidap penyakit tersebut," ujar Heriawan.

Pengidap alzheimer biasanya akan mengalami perubahan perilaku. Misalnya, bangun tengah malam dan bepergian, lupa dengan anggota keluarga serta identitas dirinya, bahkan bisa membuka baju di depan banyak orang. Perubahan perilaku ini bukanlah kehendak si pasien melainkan memang efek dari penyakitnya. Akibat kejanggalan perilakunya itu, masyarakat sering melabelkan penderita alzheimer sebagai penderita gangguan jiwa. "Yang salah bukan penderitanya, tapi orang yang tidak membawanya berobat," kata Heriawan.

Beberapa tanda-tanda alzheimer juga bisa menjadi rambu waspada. Seperti, lupa akan janji, sering berbicara hal yang sama secara berulang-ulang, melakukan aktivitas sehari-hari jadi lebih lambat, sulit fokus, hingga menarik diri dari pergaulan. Semuanya kerap terjadi dan hampir setiap hari, bukan sesekali. Perilaku tersebut membuat orang-orang di sekitar kesal. "Kalau ada anggota keluarga yang mengalami satu ciri saja, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan dan deteksi dini," saran Heriawan.

Dalam beberapa penelitian, alzheimer memang biasanya menyerang mereka yang berusia lanjut, yakni 65 tahun ke atas. Namun, kini alzheimer sudah mulai menyerang usia muda. Hingga saat ini ilmu medis belum mendapatkan jawaban atas fenomena tersebut. "Salah satu faktornya bisa karena pola hidup," kata Direktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini.

Saat ini pola hidup masyarakat cenderung lebih tidak sehat. Sering mengonsumsi makanan cepat saji dan makanan tidak sehat berpotensi menyebabkan seseorang terkena darah tinggi atau kolesterol tinggi. Di samping itu merokok pun tidak baik. Beberapa penyakit lain juga bisa menjadi faktor penyebab alzheimer, salah satunya diabetes. Secara keseluruhan penyakit-penyakit ini bisa merusak pembuluh darah dan apabila tidak terkendali dengan baik semuanya akan merusak pembuluh darah, termasuk di otak. Sementara itu, faktor lain akibat stres juga memengaruhi menurunnya fungsi otak. Depresi yang berkelanjutan pun dapat merusak fungsi daya ingat.

Dalam sebuah penelitian, alzheimer sering didapati pada perempuan. Bahkan, angkanya mencapai empat kali lebih banyak dari pasien laki-laki. Hingga saat ini memang masih belum diketahui pasti penyebabnya. Namun, kemungkinan perempuan menjadi pasien terbanyak karena perempuan lebih banyak yang mencapai usia lanjut daripada laki-laki.

Kemungkinan lain ialah adanya masa menopause yang dialami perempuan. Saat menopause, kadar estrogen perempuan akan menurun. Sementara, estrogen berfungsi memberi perlindungan pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Apabila kadar estrogen turun, otomatis perlindungannya juga menurun. Berbeda dengan pria yang selalu memiliki kadar estrogen stabil sepanjang hidupnya.

Dukungan Keluarga

Penyakit alzheimer juga bisa menyebabkan kematian. Perjalanan terakhir dari demensia adalah kematian. Hasil penelitian saat ini penderita tidak akan mampu bertahan dari alzheimer lebih dari delapan tahun. Namun dalam artian, si penderita akan mendapatkan sisa hidup yang tidak berkualitas. Apabila sisa hidupnya bisa lebih berkualitas tentu akan lebih berkualitas. Orang alzheimer masih bisa melakukan aktivitas normal dengan bantuan orang-orang sekitar. "Dukungan dari keluarga dan rekan memegang peranan penting," kata Heriawan.

Jika ada anggota keluarga yang terkena alzheimer, segeralah periksakan ia ke dokter yang tepat. Pasien bisa ditolong dengan beberapa penanganan. Salah satunya dengan terapi obat agar progresivitasnya tidak memburuk. Namun, perlu diingat, alzheimer tidak bisa disembuhkan.

Kalau penderita alzheimer mengamuk, obat penenang dapat diberikan sesuai dosis. Anggota keluarga harus paham bahwa mereka tidak sendirian. Alzheimer Indonesia juga memiliki banyak informasi mengenai penanganan pasien. Keluarga harus berusaha mencari informasi dan membantu pasien agar bisa memiliki kualitas hidup yang baik.

Penderita alzheimer mesti dimotivasi untuk terus melakukan aktivitas fisik. Misalnya, berolahraga secara teratur setiap harinya. Lakukan jenis olahraga yang tidak memberatkan tubuh seperti senam, jogging, atau jalan cepat. Akan lebih baik lagi apabila dilakukan secara bersama-sama. Kegiatan sosial dan berkumpul bersama orang banyak akan membuat perasaannya semakin menyenangkan. Aktivitas kesehariannya jangan sampai ada yang diubah. Memperbanyak aktivitas sosial seperti mengunjungi saudara juga bisa mengurangi risiko penurunan fungsi kognitif di usia tua. rep:nora azizah ed: reiny dwinanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement