Ahad 14 Sep 2014 18:00 WIB

UM Lampung Kaji Program Penanganan TBC Daerah

Red: operator

Lampung termasuk salah satu provinsi yang jauh dari target nasional penanggulangan penderita TBC.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan penderita Tuber culosis (TBC) tertinggi di dunia.Tingginya penderita TBC mem buat Indonesia berada di peringkat ketiga dunia penularan penyakit ini setelah Cina dan India.Rendahnya pemahaman kesehatan terkait TBC, kualitas hidup yang buruk, dan terbatasnya akses kesehatan menjadi alasan utama mudahnya penu laran bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Universitas Muhammadiyah (UM) Lampung mengkaji cara penanganan TBC khusus untuk wilayah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Ketua Lembaga Peneli tian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah (UM) Lampung Emy Sri Purwani menga takan, dalam penanggulangan TBC di Indonesia pada 2012-2013, Pro vinsi Lampung termasuk salah satu provinsi yang jauh dari target nasional penanggulangan penderita TBC.

Emy mengacu pada data tingkat deteksi per kasus dari Kementerian Ke sehatan, dua wilayah ini merupakan wilayah yang masih rendah dalam penanganan TBC.

Menurut dia, ini disebabkan mi nimnya tenaga medis dan sarana la boratorium pendukung di tingkat puskesmas.Kondisi tersebut diperparah dengan dukungan alokasi Anggaran Pen dapatan Belanja Daerah (APBD) untuk penanganan TBC yang sangat kecil. Ka rena itu, jelas Emy, UM Lampung ingin terlibat langsung mengkaji efektivitas penanggulangan TBC di wilayah ini pada 2014. Kajian ini, terang dia, melalui penelitian analisis situasi di dua wilayah ini.

Emy menyebut, hasil kajian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah terkait pencegah an penularan TBC. Bagi pihak pergu ruan tinggi, penelitian ini bagian dari bentuk Tri Dharma Pendidikan, yak ni pengabdian kepada masyarakat. Se lain itu, penelitian ini menjadi riset pemula bagi beberapa daerah yang ingin mengkaji efektivitas penanganan TBC di wilayahnya.

Untuk menanggulangi TBC, jelas Emy, UM Lampung menjalin kerja sa ma dengan semua stakeholders; pe me rintah daerah, dinas kesehatan, lembaga swadaya masyarakat, dan lain sebagainya. "Yang kami lakukan dapat berupa aksi, advokasi, dan reko mendasi," ungkapnya.

Anggaran puskesmas Ketua Tim Peneliti Kajian Penang gulangan TBC UM Lampung Muhammad Nizar mengungkapkan, pe nanganan TBC di daerah yang masih minim, sering kali disebabkan masih belum seriusnya pemerintah daerah. Salah satu faktornya adalah minimnya anggaran kesehatan di pus kesmas. Pemerintah daerah, jelas dia, memandang kesehatan masyarakat tidak pada penyakit yang paling rentan diidap sebagian besar masyarakat.

Tak heran, banyak puskesmas yang tidak disertai laboratorium dan fasilitas pemeriksaan TBC yang memadai. Ini diperparah dengan rendahnya pembe rian pemahaman terkait TBC. "Ketika ada orang yang batuk berturut-turut, umumnya masyarakat melihat hanya sakit batuk biasa," ujarnya kepada Republika, akhir pekan lalu. Padahal, tambah dia, penyebab batuk berturut- turut tersebut merupakan gejala dari TBC.

Nizar mengungkapkan, untuk ka sus di Tulang Bawang Barat, angka penderita TBC setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sementara, terkait dukungan anggaran, masih minim dan sebaran tenaga kesehatan masih jauh dari pemerataan di setiap pus kesmas, terutama di daerah pedalaman.Kendala lain di lapangan, ketika terda pat tersangka penderita TBC, tak ter se dia dana transportasi dari dinas ke sehatan untuk merujuk ke rumah sakit. Alhasil, masyarakat memilih untuk tidak melakukan pengobatan.

Dari hasil analisis situasi, jelas dia, angka prevalensi TB pada 2013 di Tulang Bawang Barat masih tinggi.

Angka kematian akibat TBC pun masih tinggi. Dalam kurun waktu tiga tahun (2011-2012) total kematian akibat TBC sejumlah 20 orang.

Kematian akibat TBC yang masih tinggi ini merupakan indikator parah nya penularan TBC. Penularan itu tidak hanya disebabkan faktor medis, tapi juga berhubungan erat dengan faktor- faktor sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat.

Karenanya, UM Lampung merekomen dasikan perlunya penempatan tenaga medis terlatih dalam penanganan TBC di seluruh puskesmas di Tulang Ba- wang Barat dan Kota Bandar Lampung.Penegasan komitmen pemerintah mela lui dukungan penanggaran yang memadai.

Membuka peluang kemitraan pemerintah daerah dengan pihak luar yang peduli terhadap penganganan TBC.Dan, yang tidak kalah penting, jelas Emy, pentingnya membuka trayek transportasi untuk wilayah yang masyarakat masih kesulitan mencapai fasilitas layanan kesehatan.

Bagi kelompok masyarakat medis, media, serta perguruan tinggi perlu memberi penekanan informasi dan pengetahuan tentang Pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC di tengah masyarakat. rep:Amri Amrullah ed: nina chairani

UII Gencarkan Kerja Sama Mancanegara

Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta gencar me la kukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menelurkan output yang andal agar bisa me me nangkan persaingan di tingkat global. "Dalam upaya meningkatkan kualitas akademik, UII terus berupaya meningkatkan kerja sama dengan lembagalem baga pendidikan maupun non pendidikan, baik di level na sional maupun in ter nasional," kata Rektor UII Yog yakarta Harsoyo kepada Republika di Yogyakarta, Jumat (29/8).

Kerja sama internasional dengan perguruan tinggi diwujud kan dengan berbagai bentuk. Di antaranya, pertukaran staf dan mahasiswa, kerja sama seminar dan penelitian, sharing fasilitas, serta program joint degree. Pergu ruan tinggi asing yang menjadi mitra UII memiliki reputasi unggi di berbagai negara di benua Eropa, Amerika, Asia, dan Timur Tengah.

Pada Jumat (29/8) UII mem berangkatkan 12 mahasiswa dari fakultas hukum dan fakultas ekonomi untuk mengadakan kunjungan ke tiga negara ASEAN, yaitu Thai land, Kamboja, dan Vietnam.

Mahasiswa dan dosen pendamping yang tergabung dalam Passage to ASEAN (P2A) ini akan berinteraksi dengan dosen dan mahasiswa serta masyarakat di tiga negara tersebut.

Program P2A ini berlangsung pada 31 Agustus hingga 12 Septem ber. Program ini merupakan tindak lanjut dari perjanjian kerja sama UII dengan konsorsium perguruan tinggi dari 10 negara ASEAN. Per janjian itu mewajibkan maha siswa untuk melakukan ASEAN Journey, minimal ke tiga ne gara ASEAN dan berinteraksi lang sung dengan masyarakat dan perguruan tinggi negara yang dikunjungi.

Universitas yang bakal dikunjungi adalah King Mongkut's University di Thailand, Asian Institute of Cambodia di Kamboja, dan FPT University di Vietnam.

Dalam perjalanan tersebut, mahasiswa dituntut untuk bisa memahami budaya negara yang dikunjungi serta mempromosikan Indonesia di tiga negara tersebut.

Kerja sama lain yang telah dilakukan UII adalah Program Studi Teknik Lingkungan dengan The International Association of Plumbing and Mechanical Officials (IAPMO). Kerja sama ini bertujuan agar UII dapat menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi di bidang plumbing yang diakui dunia internasional. "Alumni UII, khususnya Prodi Teknik Lingkungan yang telah mengikuti pelatihan plumbing akan mendapat sertifikat sehingga mereka setelah lulus langsung bisa masuk dunia kerja internasional," kata Harsoyo.

Selain itu, Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) UII menjalin kerja sama dengan Fatih Sultan Mehmet University Istanbul Turki. Bentuk kerja sama ini berupa Summer School Joint Studio 2014, yaitu sebanyak 25 mahasiswa arsitek dari Fatih Sultan Mehmet University Istanbul dan 25 mahasiswa dari UII belajar bersama dalam semester pendek di Yogyakarta.

UII juga menerima kunjungan dari Universite Catholique de Lille, Prancis, untuk penjajakan kerja sama. Dalam pertemuan kedua pihak disepakati, kerja sama berbentuk intensive course dalam pengembangan kurikulum dan pertukaran mahasiswa.

Sebelumnya, UII telah mene rima kunjungan dari delegasi Saxion University of Applied Science, Belanda. "Salah satu wujud realisasinya, program double degree, di mana mahasiswa UII dapat belajar di Belanda dan mendapatkan gelar akademis dari dua kampus sekaligus," katanya. rep:Heri Purwata ed: nina chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement