Sabtu 13 Sep 2014 12:30 WIB

Wamen ESDM: Sulit Awasi Kebocoran Elpiji Subsidi

Red:

DENPASAR --Pemerintah mengaku sulit untuk mengawasi distribusi liquefied petroleum gas (LPG/elpiji) bersubsidi tiga kilogram (kg) agar tepat sasaran.

Hing ga kini, belum ada strategi jitu untuk mengantisipasi kebocoran tersebut.Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo menegaskan, elpiji tiga kilogram hanya diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak mampu. Karenanya, masyarakat mampu diminta tidak ikutikutan membeli elpiji bersubsidi itu. "Memang pemerintah susah memantau dan mengawasinya karena siapa yang bisa mengawasi maling secara terus-menerus,"kata Susilo, di Denpasar, Bali, Jumat (12/9).

Menurut Susilo, banyak modus yang digunakan orang untuk memanfaatkan elpiji bersubsidi, termasuk dengan mengoplos dari tabung tiga kg ke tabung 12 kg.

Dengan cara itu, mereka bisa menjual elpiji lebih mahal, sedang kan membelinya dengan harga murah.Pemerintah meminta pihak ke polisian untuk menangkap dan memproses pelaku pengoplosan elpiji tiga kg dan menghukum mereka seberat-beratnya. "Mengapa elpiji tiga kilogram jadi langka, padahal pasokan cukup.Ini pasti ada yang tidak benar,"

ujarnya.

Pertamina menaikkan harga elpiji nonsubsidi 12 kg sebesar Rp 1.500 per kg terhitung Rabu (10/9) pukul 00.00. Dengan kenaikan itu, harga jual dari Pertamina menjadi Rp 90.828 dari sebelum nya Rp 72.828. Sementara di tingkat konsumen, harga elpiji nonsubsidi diperkirakan mencapai Rp 120 ribu atau naik dari sebelumnya sekitar Rp 100 ribu.

Kenaikan tersebut ternyata membuat tak sedikit konsumen tabung 12 kg beralih ke epliji bersubsidi. Akibatnya, harga elpiji tiga kg pun mengalami kenaikan karena jumlahnnya yang terbatas.

Di Bandar Lampung, misalnya, sejak kenaikan elpiji 12 kg, harga jual elpiji subsidi tabung tiga kg turut menanjak. Pihak pangkalan dan peng ecer menaikkan harga sebesar Rp 2.000 per tabung dari harga pasaran Rp 16 ribu.

Menurut Suradi, petugas pangkalan elpiji 12 kg dan tiga kg di Jalan Imam Bonjol, Bandar Lampung, pihaknya terpaksa menaikkan harga elpiji tabung melon dari Rp 16 ribu per tabung menjadi Rp 17 ribu. Kenaikan itu dipicu meningkatnya pembelian tabung gas subsidi ini sejak kenaikan elpiji 12 kg. "Ini dampak naiknya tabung besar. Akhirnya, banyak yang pakai tabung kecil karena harganya masih murah," katanya.

Di wilayah Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Supervisor PT Mukti Abadi Santoso, Deru Prayitno, yang juga agen elpiji, mengakui kenaikan harga eceran tabung 12 kg membuat konsumen beralih menggunakan elpiji bersubsidi.

"Permintaan dari pangkalan terus melonjak. Karena, masyarakat banyak yang kesulitan mendapatkan gas melon tersebut,"

katanya menjelaskan.

Sejumlah pengguna elpiji bersubsidi pun mengaku pengecer telah menaikkan harga ratarata Rp 1.000 per tabung.

"Jika biasa nya Rp 16 ribu pertabung, sekarang menjadi Rp 17 ribu pertabung," ujar Rasyamti (50), warga Karangbolong, Desa Le rep, Kecamatan Ungaran Barat.

Di Surabaya, Jawa Timur, sejumlah pengecer elpiji 12 kg mengeluhkan anjloknya penjualan pascakenaikan harga.

Samsuri, pemilik pangkalan elpiji di daerah Panjang Jiwo, menyampaikan, kenaikan harga elpiji 12 kg berdampak signifikan terhadap penjualan."Tadinya sehari-hari bisa 10.Ini baru laku tiga," ujar Samsuri kepada Republika, Jumat.

Assistant Manager External Marketing Operation Pertamina Region V Heppy Wulan sari menyampaikan, kecenderungan perpindahan konsumsi dari elpiji 12 kg ke elpiji tiga kg memang ada. Perpindahan konsumsi, menurut dia, bisa terjadi di kalangan pengguna dari sektor rumah tangga. Hanya saja, menurut Heppy, angkanya kecil.

Meski demikian, PT Pertamina (Persero) di Jakarta menilai tidak ada peningkatan konsumsi elpiji tiga kg semenjak adanya kenaikan tarif elpiji 12 kg. Manajer Media PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito mengatakan, tidak ada laporan dari agen penjual elpiji tiga kg terkait melonjaknya permintaan.

Dia menilai, agar distribusi elpiji tiga kg efektif dan efisien, harus dilakukan dengan mekanisme distribusi tertutup. Misalnya, dengan menggunakan kartu kendali. Dia menjelaskan, hanya orang tidak mampu dan usaha kecil yang berhak pakai gas tiga kg.

Sementara di Wonogiri, Jawa Tengah, pengusaha rumah makan dan katering setempat tak kurang akal menyiasati kenaikan harga elpiji 12 kg.

Mereka mulai ancang-ancang kembali menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk mengolah masakan.`'Keanikan harga el piji 12 kg jelas memukul kami,'' tutur Erna Dwi Astuti (46), pengusaha katering dan rumah makan, Jumat (12/9). rep:bowo pribadi/c54/mursalin yasland/edy setiyoko/Ahmad Baraas/Aldian Wahyu Ramadhan  ed:teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement