Selasa 09 Sep 2014 12:00 WIB

RI Butuh Bidan Andal

Red:

JAKARTA — Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurchasmi mengatakan bahwa Indonesia terbilang memiliki fasilitas persalinan yang memadai. Kendati demikian, hal itu belum ditunjang dengan tenaga bidan yang berkualitas secara keseluruhan.

"Survei menunjukkan Indonesia memiliki fasilitas persalinan yang  memadai, tetapi Indonesia minim bidan yang berkualitas," kata Emi dalam seminar kebidanan di Jakarta, Senin (8/9). Menurutnya, lulusan sekolah kebidanan juga bertambah setiap tahun, namun kualitasnya tak merata.

Menurut Emi, keadaan itu sejatinya tak hanya terjadi di Indonesia. Ia mengatakan, sejauh ini ada 22 persen negara yang memiliki cukup bidan berkompeten untuk memenuhi kebutuhan dasar perempuan dan bayi yang baru lahir. Sedangkan, 78 persen negara menghadapi kekurangan serius dalam bidang kebidanan sehingga mengakibatkan kematian ibu dan bayi yang sebenarnya bisa dicegah.

Bidan, Emi mengungkapkan, memiliki peran penting untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGs), yakni menurunkan kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. "Jika bidan menerima pendidikan sesuai standar internasional serta didukung sistem kesehatan yang berfungsi optimal, mereka dapat memberikan 90 persen perawatan penting untuk ibu dan bayi yang baru lahir," ujarnya.

Selain itu, kata Emi, bidan yang berkompeten dan didukung fasilitas kesehatan optimal mampu mengurangi dua pertiga dari angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

Emi juga menegaskan, menyiapkan bidan dengan baik dan benar merupakan investasi yang sangat berharga. Pemerintah, katanya, harus mampu menyiapkan bidan-bidan sesuai dengan standar. "Walaupun bidan ditempatkan di sebuah desa, mereka tidak boleh  ditinggal sendirian. Mereka tetap membutuhkan pembinaan."

Dalam mempersiapkan bidan masuk desa, Emi menjelaskan, yang dipersiapkan bukan hanya kemampuan klinisnya saja. Namun, juga kemampuan sebagai tokoh masyarakat. "Saya pernah jadi bidan di Papua. Saat ada rapat di desa, saya didudukkan sejajar dengan camat. Ini menunjukkan kalau masyarakat menganggap bidan sebagai leader," kata Emi.

Kematian ibu

Di tempat yang sama, Direktur Bina Kesehatan Ibu Gita Maya Koemara Sakti mengatakan, pada 2015 Indonesia menargetkan mengurangi angka kematian ibu sebanyak 102 kematian per 100.000 jumlah kelahiran hidup. "Angka kematian ibu masih tinggi, ini merupakan kenyataan yang harus diatasi. Mari IBI dan Dinas Kesehatan berjuang bersama menurunkan angka kematian ibu," ujarnya.

Menurut Maya, sebanyak 15 ribu ibu meninggal karena bersalin setiap tahunnya. Kualitas pelayanan bidan dan kesehatan, Maya mengungkapkan, harus ditingkatkan dan memenuhi standar.

Provinsi masing-masing harus melakukan pemetaan terhadap program apa saja yang sudah dilakukan dan belum dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi serta mengurangi angka kematian ibu.

Tak hanya soal kualitas, tapi sejumlah daerah juga mengeluhkan kurangnya tenaga bidan. Di Gorontalo Utara, pemerintah setempat memberikan kebijakan pengangkatan langsung guna menambah jumlah dokter dan bidan di wilayah tersebut.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Gorontalo Utara, Ibrahim Paneo, jumlah tenaga dokter di daerah itu hanya sembilan orang, terdiri atas empat orang dokter berstatus PNS dan lima orang berstatus pegawai tidak tetap (PTT). Sedangkan, jumlah bidan hanya tiga orang.

Selain itum, Kabupaten Batanghari, Jambi, juga mengalami kekurangan serupa. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari Ayub Khan mengatakan, untuk 100 desa dan 13 kelurahan di Batanghari, total bidan yang tersedia sebanyak 213 orang. "Kita butuh sekitar 35 bidan PTT untuk memenuhi kekurangan di lapangan," kata Ayub. rep:dyah ratna meta novia/antara ed: fitriyan zamzami

KAPASITAS BIDAN

Ketersediaan: 198.237 bidan

Kebutuhan: 217.285 bidan

Kekurangan: 19.048 bidan

Sumber: Data Kementerian Kesehatan 2013

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement