Senin 08 Sep 2014 12:00 WIB

BUS Waspadai Kenaikan NPF

Red:

JAKARTA -- Bank umum syariah (BUS) maupun unit usaha syariah (UUS) melakukan serangkaian upaya guna menekan angka pembiayaan bermasalah (non-performing finance/NPF) hingga akhir 2014.

Di antara BUS yang sedang mewaspadai kenaikan NPF adalah Bank Muamalat dan Bank Syariah Bukopin (BSB). Menurut Direktur Bisnis Ritel PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Adrian Asharyanto Gunadi, NPF Bank Muamalat hingga Juni 2014 sudah menyentuh angka tiga persen. Angka NPF tersebut mengalami kenaikan satu persen dibandingkan NPF per Desember 2013 yang hanya di kisaran dua persen.

Adrian menyebutkan, meningkatnya NPF karena ada nasabah (debitur) korporasi yang sedang mengalami kondisi bisnis yang memburuk. "Faktor makroekonomi, kondisi pasar, hingga (rencana) kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) juga ikut memengaruhi NPF," kata Adrian kepada Republika, akhir pekan lalu.

Meski demikian, Adrian melanjutkan, Bank Muamalat tetap menargetkan supaya NPF hingga akhir 2014 tidak lebih dari tiga persen. Untuk itu, Bank Muamalat akan melakukan beberapa langkah antisipasi. Langkah itu ialah, di antaranya, memperkuat tim untuk melakukan collection dan recovery terhadap aset-aset debitur.

"Selain itu, kami juga membentuk dua unit khusus penanganan pembiayaan bermasalah. Masing-masing unit penanganan pembiayaan bermasalah korporasi dan ritel," ujarnya.

Adrian berharap, dengan upaya-upaya tersebut, NPF Bank Muamalat dapat ditekan seminimal mungkin atau setidaknya tetap bertahan di angka tiga persen hingga akhir 2014.

Direktur Utama (Dirut) Bank Syariah Bukopin (BSB) Riyanto menerangkan, NPF BSB saat ini masih di bawah level aman, yakni lima persen. Adapun NPF BSB di akhir 2013 berada di angka 4,27 persen atau turun dibandingkan periode yang sama di 2012, yaitu 4,59 persen.

Namun demikian, kata Riyanto, BSB tetap melakukan sejumlah strategi untuk menekan angka NPF. "Pertama, melakukan jaminan mitigasi melalui pengadilan bagi pembiayaan dengan kategori macet. Jika masih dalam kategori kurang lancar, BSB memilih melakukan restrukturisasi," ujar Riyanto. Adapun langkah kedua, Riyanto melanjutkan, adalah meningkatkan sistem risk management dan mitigasi pencadangan.

Berdasarkan data statistik perbankan Indonesia (SPI) per Juni 2014, tingkat NPF perbankan syariah sudah mencapai 3,48 persen. Padahal, pada periode sama tahun lalu, rasionya masih 2,64 persen. Jika dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang sebesar 2,62 persen, kenaikan NPF perbankan syariah juga signifikan.

Secara nominal, NPF perbankan syariah mencapai Rp 6,55 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini. Angka itu naik 45 persen dari posisi Rp 4,51 triliun di periode sama di tahun lalu. Selama semester I 2014, perbankan syariah tercatat telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 187,88 triliun. Jumlah pembiayaan ini naik 9,7 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. rep:rr laeny sulistyawati ed: eh ismail

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement