Ahad 07 Sep 2014 16:10 WIB
Kolom Haji

Berihram Menuju Baitullah

Red: operator

Oleh Anggito Abimanyu -- Saat ini Jamaah Haji Indonesia secara bergelombang dari 12 embarkasi mulai mendatangi kota Madinah. Ada yang terbang langsung dari Tanah Air ke Madinah, ada pula yang terbang ke Madinah melalui bandara King Abdul Azis di Jeddah. Dari Jeddah jamaah calon haji (calhaj) Indonesia naik bis antarkota menempuh perjalanan selama 5-6 jam menuju ke Madinah.

Selama di Madinah caljah Indonesia menempati akomodasi di areal Markaziah (600 meter dari masjid Nabawi) dengan hotel berkelas setara bintang tiga. Jasa layanan yang disediakan oleh majemuah (kumpulan pemilik hotel) di Madinah berjenjang, dan harga sewa yang dibayar disesuaikan dengan pelayanannya.

Jika ingin pelayanan prima, dilengkapi dengan penyediaan kantor sektor, ruang kesehatan, ketepatan waktu penempatan dan keberang katan serta ziarah maka harga sewanya berada diatas 600 riyal per jamaah selama 9 hari 8 malam. Jika mau menghemat dengan harga dibawah 600 riyal sangat mungkin dengan cara mengurangi pelayanan seperti disebutkan di atas oleh majemuah.

Biaya sewa menjadi lebih murah atau mahal semata-mata karena sewa hotel Madinah mencerminkan kualitas pelayanan. Anggaran sewa hotel Madinah juga berasal dana optimalisasi calhaj. Di Madinah, jamaah Indonesia juga dimanjakan dengan penyediaan makanan tiga kali sehari dengan menu Indonesia sederhana. Kalau belum puas, banyak disediakan kafetaria masakan Indonesia. Jamaah haji Indonesia dikenal rajin beribadah dan senang makan.

Jamaah haji menggunakan bis berstandar internasional menuju Baitullah dengan kain ihram berhenti sejenak miqat di Bir Ali. Di Makkah, jamaah Indonesia tinggal selama 20 hari di pondokan antara 500 meter hingga 4 km dari Masjidil Haram.

Jauhnya jarak dari pemondokan ke masjidil haram dengan terik panas yang menyengat menjadi ujian yang cukup berat bagi jamaah haji menuju prosesi pucak haji.

Banyak jamaah yang mengalami kelelahan, kepanasan, tersesat bahkan jatuh sakit. Pada waktu bertugas haji tahun lalu, saya sering terkesima melihat semangat beribadah syariah para tamu Allah dari Indonesia. Mere ka sering tidak memperdulikan panas terik matahari dan angin malam yang berhembus kencang.

Sesekali di puncak siang yang menyengat bakda zhawal saya menyaksi kan para jamaah haji Indonesia dengan kain ihram putih melakukan tawaf bersama ribuah jamaah dari berbagai penjuru dunia. Malaikat dan alam semesta takjub mendengar kalimat-kalimat pujaan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan para sahabat menggema hingga langit Ka'bah.

Tujuh putaran dilalui dengan khusyuk, ada yang ikhlas berada di lapisan paling luar, namun ada pula yang rela berjuang berdesakan karena ingin selalu mendekat di lapisan dalam dengan harapan dapat berkesem patan mencium hajar aswad atau shalat sunat di Hijir Ismail.

Berdoa di Multazam adalah tempat yang paling diburu jamaah haji dan umrah setelah mengerjakan tawaf.Saat sekeliling Ka'bah dipenuhi ja maah, tak mudah untuk mencapai Multa zam. Setiap orang berusaha untuk mencapai tempat yang mustajab itu.

Jamaah haji dan umrah pun berdoa dengan penuh kekhusyukan.`Ya Allah, aku ini hamba-Mu dan anak hamba-Mu yang sedang berdiri di bawah rumah-Mu di Multazam, aku menghadap dan bersimpuh di hadapan-Mu. Aku mengharapkan rahmat-Mu, takut akan siksa-Mu, wahai Pemberi Kebajikan. Ya Allah aku memohon kepada-Mu terimalah zikirku (pada-Mu), hilangkanlah dosa- dosaku, lancarkanlah urusanku sucikanlah hatiku, sinarilah kuburku, ampunilah dosaku dan aku mohon pada-Mu berikanlah derajat tinggi di surga.'' (HR Ahmad bin Hanbal atau Imam Hanbali). Beginilah doa yang sering dikumandangkan di Multazam.

Setelah itu dilanjutkan dengan Sa'i.Sa'i adalah perjalanan yang ditempuh antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali yang dilaksanakan setelah tawaf. Shafa dan Marwah adalah dua bukit yang melegenda.

Peristiwa perjalanan bolak-balik Siti Hajar antara Shafa dan Marwa ini diabadikan sebagai ibadah Sa'i yang termasuk dalam rangkaian ibadah Haji dan Umrah.

Di luar tawaf dan sa'i, jamaah haji menghabiskan waktu untuk menjalan kan umrah lanjutan, shalat wajib, doa, dzikir dan kegiatan pengajian serta ziarah bersama rombongannya atau KBIHnya. Hari demi hari dihabiskan hanya untuk berdoa dan mendekatkan diri pada Allah hingga H-5. Tahun 2013 saya beruntung karena H-5 menjelang puncak proses haji, hujan mengguyur Makkah. Alampun turut bersuka cita dengan bahasa air mata menyambut jamaah haji yang bersiap menunaikan ibadah haji.

Mereka gegap gempita menyongsong seruan Labbaik Allahumma Labbaik.Setelah seluruh jamaah dari berbagai penjuru dunia tiba, kondisi kota suci benar-benar padat. Beberapa akses jalan protokol dipenuhi oleh kendaraan.

Tempat tawaf sa ngat padat apalagi lantai dua dan tiga masih di lakukan pembongkaran, meskipun diganti dengan fasilitas sementara. Arena lantai dua dan tiga untuk sa'i juga penuh.

Praktis 24 jam kondisi rumah ibadah raksasa itu menjadi lautan manusia. Berikutnya adalah peristiwa yang kerap memaksa umat manusia menggunakan bahasa air mata, yakni wukuf.

Dalam wukuf, kita seperti tengah menghadapi replika akhirat yang meng gambarkan ketika umat manusia berkumpul di padang Mahsyar menghadapi hari pembalasan. Ima Al- Ghazali mengungkapkan bahwa wukuf di padang arafah adalah "seni men jemput maut". Labaik Allahhumma Labaik.(bersambung).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement