Sabtu 06 Sep 2014 13:20 WIB

Pertempuran Berlangsung di Mariupol

Red: operator

MARIUPOL -Pasukan Ukraina dan oposisi terlibat pertempuran di kota pelabuhan Mariupol, Jumat (5/9). Kontak senjata ini terjadi beberapa saat sebelum utusan Ukraina dan Rusia diharapkan mengumumkan kesepakatan gencatan senjata.

Bunyi mortir dan artileri juga terdengar dekat Donetsk. Itu merupakan basis separatis di Ukraina timur yang berdekatan dengan Mariupol. Sebuah masjid rusak. Sejumlah toko dan sekolah juga rusak akibat pertempuran pada pagi hari itu.

Pemerintah Ukraina mengungkapkan, pasukannya berusaha menahan gempuran hebat dari oposisi.

Kelompok bersenjata yang memperoleh bantuan Rusia itu berusaha merebut Mariu pol, kota berpenduduk 500 ribu orang. Kota ini terkenal dengan ekspor bajanya. Letaknya antara Rusia dan Crimea yang sejak Maret lalu dianeksasi Rusia.

Wali Kota Mariupol Yuri Khotlubey menyatakan, artileri telah datang ke kotanya. Mereka dikerahkan untuk menahan laju oposisi.Milisi pendukung pemerintah menyatakan berhasil meredam oposisi yang merangsek sejak Kamis (4/9).

"Kami membawa artileri dan pasukan yang cukup,'' kata dia. Mariupol menjadi sasaran utama oposisi. Mereka mengincarnya sejak Agustus lalu. Rusia memberikan dukungan pada mereka.

Bahkan, Ukraina menyatakan se kitar 2.000 personel Rusia telah tewas di medan tempur. Pertempuran di Mariupol juga membuat warga sipil jadi korban. Seorang dokter angkatan bersenjata menunjukkan pecahan sebuah roket. Roket itu telah membunuh seorang perempuan dan dua anak-anak di sebuah desa dekat Mariupol. Menurut dia, Rusia yang meluncurkan roket itu.

Sementara, utusan Ukraina, oposisi, dan Rusia tiba di Minsk, ibu kota Belarusia, pukul 07.00 waktu setempat. Mereka merumuskan ke sepakatan gencatan senjata. `'Kami datang untuk berdamai,'' kata mantan presiden Ukraina Leonid Kuchma.

Meski demikian, warga di Ukraina timur tak berharap banyak pada gencatan senjata.Ada yang menyatakan, langkah itu hanya menguntungkan oposisi. Mereka telah mengobarkan sengketa selama enam bulan.

"Gencatan senjata hanya akan menjadi bencana. Kami akan kehilangan segalanya,''ungkap Taras, seorang tentara Ukraina. Tentara lainnya, Mykola, menyatakan, Presiden Petro Poroshenko berkhianat jika mendukung gencatan senjata. rep:ani nursalikah/ap/reuters, ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement