Selasa 02 Sep 2014 16:30 WIB

Khofifah Indar Parawansa, Haji dengan Visa Ziarah

Red:

Haji yang mabrur. Kalimat itu terucap dari perempuan berjilbab tersebut saat ber sua dengan Republika, pe kan lalu. Khofifah Indar Parawansa, si perempuan itu, masih merasakan getaran Tanah Suci saat menghadap Ka’bah pertama kali. Dia merasakan doa itu saat menghadap ke ha dapan Ka’bah.

Khofifah yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nah dlatul Ulama (PP Muslimat NU) me ngenang saat-saat ketika mengunjungi rumah Allah dan berziarah ke makam Ra sulullah. Mo mentum itu dia manfaatkan un tuk menghayati ibadah menjadi lebih khu syuk.

Khofifah bercerita, dia pertama kali ke Tanah Suci pada usia yang tergolong muda, yakni saat berumur 28 tahun. Tepatnya, pada 1994 dia berkesempatan berangkat menunai kan rukun Islam yang kelima bersama suami nya, Indar Parawansa, yang baru-baru ini sudah meninggal dunia.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Adhi.W

Khofifah Indar Parawansa

Buat Khofifah, bukan perkara mudah un tuk bisa menginjakkan kaki ke Tanah Suci. Keberangkatannya pada kali pertama tidak menggunakan visa haji. Dia pergi hanya menggunakan visa ziarah.

Uniknya, Khofifah berangkat ke Arab Sau di bukan dari Tanah Air. Dia terbang ke Arab Saudi usai melakukan kunjungan kerja sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ke Mongolia. Dari sana, dia melakukan ibadah haji pertama kali dengan visa ziarah.

Tak menggunakan visa haji ternyata sempat menyulitkan Khofifah dan suami untuk beribadah di Tanah Suci. Dia dilarang untuk memasuki Masjid Nabawi dan tawaf di Ka’bah. Tiba-tiba, seseorang mengenalnya dan menawarkan untuk fasiltas pergi ke tampat ibadah.

Bagi Khofifah, tawaran orang tersebut merupakan bukti adanya pertolongan Allah yang nyata. Dia merasa ada kekuatan besar untuk menariknya untuk merealisasikan citacitanya. Sebagai Muslimah, keinginan nya beribadah di Tanah Suci sangatlah besar. Buatnya, beribadah di Tanah Suci merupa kan waktu yang tepat untuk mengintropeksi diri.

Meski menggunakan visa ziarah, perem puan kelahiran Surabaya, 10 Mei 1965, itu beruntung bisa memasuki situs-situs suci haji. Dia mengaku, terdapat dua tempat ke tika berada di Tanah Suci yang selalu di rindukannya, yaitu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dia merasa khusyuk saat se dang melakukan ibadah di dua tempat ter sebut. "Kerinduan pada dua masjid itu selalu ada," ungkapnya. Dia pun selalu rindu untuk mencium Hajar aswad. Buatnya, terdapat kepuasan spritual yang terasa sehabis men cium batu surga itu. Di Tanah Suci, dahaga nya pun tuntas.

Ujian bagi seseorang yang baru saja me nunaikan ibadah haji sangat besar. Per ubahan positif usai menunaikan ibadah di nilai sebagai bentuk keberhasilannya sebagai haji mabrur. Dia mafhum, predikat sebagai haji mambrur sangat diimpikan semua umat Islam yang me nunaikan ibadah haji. rep:c67 ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement