Selasa 02 Sep 2014 08:12 WIB

Hati-Hati, Patah Hati Tingkatkan Risiko Kematian

Rep: MG ROL 25/ Red: Hazliansyah
Patah hati/ilustrasi
Foto: twheader.com
Patah hati/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kehilangan orang yang dicintai memang bisa menjadi hal yang sangat memilukan. Namun, siapa sangka patah hati bisa berakibat pada kematian?

Studi baru dilakukan oleh St George University of London. Mereka menyatakan 16 per 10.000 orang yang pasangannya meninggal, akan meningkatkan risiko serangan jantung, atau stroke, dalam jangka 30 hari setelah kematian pasangan mereka. Umumnya, kasus ini terjadi pada orang di atas usia 60 tahun.

“Rupanya istilah ‘patah hati’ karena kehilangan orang yang dicintai sangat tepat. Penelitian menunjukan kehilangan dapat memiliki efek langsung pada kesehatan jantung,” jelas Dr Sunil Shah, peneliti di St George University of London, dikutip dari Medical News Today, Senin (1/9).

Dr Shah melanjutkan, pada beberapa bulan pertama masa berkabung, individu tidak konsisten meminum obat mereka. Akibatnya, perubahan suasana hati ini juga mengakibatkan pembekuan darah, tekanan darah, dan kontrol detak jantung.

Situs itu juga melaporkan, kematian dini akibat kesepian ekstrem hampir setara dengan penyebab kematian karena status sosial ekonomi rendah. Bahkan, kematian orang yang dicintai pada masa kecil, akan mempengaruhi mental anak ketika dewasa.

Untuk mencegah hal tersebut, kata Dr Shah, sangat penting bagi para dokter, teman-teman, dan keluarga penderita untuk lebih perhatian. Pemahaman yang baik dari orang terdekat bisa mencegah risiko kematian dini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement