Selasa 26 Aug 2014 14:30 WIB

Nelayan Lampung Belum Berani Melaut

Red:

BANDAR LAMPUNG -- Sejak Lebaran lalu hingga Senin (25/8), sebagian besar nelayan di Teluk Lampung, Provinsi Lampung, belum juga turun ke laut untuk mencari ikan. Akibatnya, harga ikan masih bertahan tinggi.

Di sepanjang pesisir Teluk Lampung, kawasan kampung nelayan Kotakarang, Bandar Lampung, Senin (25/8), para nelayan masih menambatkan kapal dan perahunya. Angin kencang menjadi penyebab nelayan enggan melaut karena khawatir keselamatan nyawa di laut.

Nelayan yang tidak melaut tampak membenahi jaring-jaring ikan dan memperbaiki kapal atau perahunya yang rusak. Selain itu, banyak juga nelayan beralih profesi sementara menjadi buruh bangunan lepas dan tukang ojek di lingkungannya.

"Kami masih khawatir melaut, selain masih suasana Lebaran waktu itu, juga angin masih kencang dan gelombang laut tinggi," ujar Karman, salah seorang nelayan di Kotakarang. Ia mengatakan, bersama rekannya sesama nelayan ia tidak melaut sejak menjelang Lebaran lalu.

Amin, pedagang ikan giling di Pasar Gudang Lelang, Telukbetung, Bandar Lampung, mengatakan, harga ikan masih bertahan tinggi dan tidak turun sejak menjelang Lebaran. Harga ikan giling jenis kiter ia jual dengan harga Rp 40 ribu per kilogram, biasanya harga ikan jenis ini berkisar Rp 23 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram.

Harga ikan baji-baji yang sudah digiling juga berkisar pada harga Rp 47 ribu hingga Rp 48 ribu per kilogram. Harga pada masa-masa normal biasanya Rp 40 ribu per kilogram. "Sekarang ikan masih kosong, nelayan belum juga turun ke laut," kata Amin, bapak dua anak yang sudah berdagang lebih dari lima tahun.

Tingginya harga ikan setelah Lebaran ini membuat konsumen pedagang usaha mikro mengeluh. Pedagang makanan olahan terigu dan sagu terpaksa tidak berjualan makanan olahan dengan ikan karena harga ikan tidak sesuai dengan harga makanan yang dijual. "Kami belum bisa buat pempek dan tekwan karena tidak sesuai harga jual gara-gara harga ikan mahal," kata Umi Fath, pedagang pempek dan tekwan di Bandar Lampung.

Ia terpaksa menyiasati usaha dagangan makanannya tidak memakai ikan, tapi harganya berubah dari biasanya. "Biasanya kalau pakai ikan Rp 1.500 per buah, sekarang kami jual Rp 1.000 per buah," ujarnya.  rep:mursalin yaslan ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement