Senin 25 Aug 2014 17:03 WIB

Warga Gaza Terancam Krisis Pangan

Red: operator

GAZA CITY - Serangan Israel yang membabi buta ke daerah Gaza mengakibatkan kawasan ini kini terancam krisis pangan. Banyak peternakan dan area pertanian di Gaza hancur akibat dibombardir roket-roket jet tempur Israel. Akibatnya, jumlah pasokan menurun dan harga bahan pangan terus melambung.

Salah seorang peternak di Gaza, Ashraf al-Helou, mengatakan, berapa pun pasokan ayam yang dimilikinya saat ini mungkin akan menjadi persediaan terakhir. “Sebagian besar peternakan ayam telah hancur. Ternak terancam habis, baik akibat serangan Israel maupun karena tidak adanya pakan dan air,” kata al-Helou kepada Aljazirah.

 Al-Helou menjelaskan kepada para pemasoknya melalui telepon bahwa para peternak tidak lagi memiliki persediaan ayam untuk diantarkan. Persediaan yang dia miliki hanya cukup untuk kebutuhan selama sepekan. “Kalau ada restoran yang buka, kami sudah kehabisan ayam sejak dua pekan lalu,” tambah al-Helou.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Lefteris Pitarakis/AP

Pelayat Palestina menangis di rumah keluarga Ehsan al-Agha, yang tewas dalam serangan Israel Minggu, saat tubuhnya terbawa saat pemakaman, di Khan Younis, selatan Jalur Gaza, Senin, 11 Agustus, 2014.

 

Sebelum terjadi serangan di Jalur Gaza, satu kilogram ayam dihargai 10 NIS (2,83 dolar AS). Kini, dengan persediaan yang terus menipis, al-Helou memberi harga 15 NIS (4,24 dolar AS).

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, setidaknya 2.102 warga Palestina tewas dan 10.540 orang lainnya terluka sejak operasi Israel di Gaza dimulai pada 8 Juli kemarin. Sementara itu, 64 tentara dan 3 warga sipil Israel tewas beserta seorang pekerja asal Thailand.

Pengeboman Israel di Gaza telah menghancurkan sebagian besar infrastruktur di kota tersebut, termasuk listrik dan air bersih. Setidaknya, 360 pabrik dan bengkel juga rusak akibat pengeboman tersebut. Jumlah itu temasuk 126 bangunan yang runtuh. Kerugian yang terjadi akibat kerusakan tersebut diperkirakan senilai 47 juta dolar AS.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan, banyak petani dan peternak di Gaza terpaksa meninggalkan tanaman dan hewan ternak mereka. Serangan militer Israel telah melumpuhkan aktivitas pertanian dan perikanan serta mengakibatkan produksi pangan lokal terhenti. “Hingga saat ini, operasi militer yang terus berlangsung mengakibatkan sulitnya penghitungan terperinci kerusakan pertanian,” kata Kepala kantor FAO di Tepi Barat dan Jalur Gaza dalam sebuah pernyataan.

FAO memperkirakan setengah persediaan unggas di Gaza telah hilang, sedangkan hasil tangkapan ikan para nelayan turun hingga 9,3 persen. Di beberapa bagian Jalur Gaza, harga telur telah mengalami kenaikan sebesar 40 persen. Harga kentang naik 42 persen dan tomat naik hingga 179 persen.

Salah satu peternak, Mohammed Abu Ajwwa, mengatakan, sekitar 500 sapi tewas di ladang bagian timur Gaza City. Kejadian itu mengakibatkan kerugian sekitar 500 ribu dolar AS. “Saya memasok susu dan produk susu harian ke sebuah pabrik lokal. Tapi, sekarang tidak ada pabrik, tidak ada pula sapi saya yang tertinggal,” kata Ajwwa kepada Aljazirah.

Umm Ghazi, salah seorang warga Gaza biasanya pergi ke pasar di pusat Kota Rafah, di Jalur Gaza Selatan. Putra bungsunya, Osama, biasanya membantu membawa sayuran. Namun, selama sepekan terakhir, ia tidak bisa membeli atau membawa pulang banyak sayuran. “Bukan hanya produksinya yang buruk, harganya juga tidak terjangkau,” kata Umm Ghazi.

Menurut koordinator proyek di Pusat Pengembangan Maan, Hossam Madhoun, inflasi yang terjadi di Palestina terutama berdampak terhadap produk pertanian segar dan komoditas daging. Padahal, daerah Gaza merupakan zona utama pertanian di Gaza. “(Selama) dua pekan penutupan Khuzaa, yang merupakan kawasan utama penghasil sayur di Jalur Gaza, para petani tidak bisa bercocok tanam sama sekali. (Sayuran) busuk,” kata Madhoun.

Abbas Tinggalkan Kairo

Presiden Palestina Mahmud Abbas, seperti diberitakan AFP, meninggalkan Kairo dan menuju Amman, Yordania, Ahad (24/8). Abbas meninggalkan Mesir, bersama-sama dengan tim negosiasi Palestina setelah menyelesaikan serangkaian pertemuan dengan Presiden Mesir Abdel Fatah Al Sisi dan beberapa pejabat tinggi Mesir. Kunjungan Abbas ke Yordania diketahui guna membahas resolusi atas konflik Gaza.

Dalam pertemuan di Kairo, Abbas bersama dengan sejumlah pejabat tinggi Palestina membahas mengenai perlunya dilakukan kembali perundingan gencatan senjata permanen. Selain bertemu dengan pihak Mesir, Abbas juga mengadakan pertemuan dengan perwakilan dari Jihad Islam dan kelompok Pembebasan Rakyat Palestina.

Setelah perundingan untuk mengakhiri pertempuran antara Palestina dan Israel gagal, serangan udara terus diluncurkan di Gaza. Dalam serangan terbaru, pada Ahad (24/8) sebanyak tujuh orang warga Palestina di Gaza, yang di antaranya adalah seorang bayi perempuan tewas.

Relawan dari Medical Emergency Recue Committee (MER-C) di Gaza mengatakan,  kondisi di Gaza hingga saat ini masih memprihatinkan. Pasokan obat-obatan di Gaza hingga saat ini masih mengalami kekurangan meski dalam beberapa hari terakhir penyaluran obat-obatan dari berbagai negara telah berjalan lancar. “Alhamdulillah, penyaluran obat-obat yang sangat dibutuhkan warga Gaza saat ini telah lancar disalurkan,” ujar Kepala MER-C Cabang Gaza Muqorrobin Al Fikri, kepada Republika, Ahad (24/8).  rep:c92/c66 ed: andri saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement