Sabtu 15 Jan 2022 09:01 WIB

Upaya Kontrol Penyebaran, Epidemiolog Dukung PPKM Dipertahankan

PPKM ditujukan agar semua pihak tetap waspada karena ancaman Covid-19 belum selesai. 

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah calon penumpang kereta rel listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek mengantre masuk peron di Stasiun KA Tanah Abang, Jakarta, Rabu (5/1/2022). Kondisi stasiun tersebut terpantau padat penumpang saat jam pulang kerja di tengah kembali ditetapkannya status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2 di Jakarta oleh pemerintah.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Sejumlah calon penumpang kereta rel listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek mengantre masuk peron di Stasiun KA Tanah Abang, Jakarta, Rabu (5/1/2022). Kondisi stasiun tersebut terpantau padat penumpang saat jam pulang kerja di tengah kembali ditetapkannya status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2 di Jakarta oleh pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mendukung Pemerintah terus mempertahankan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Dia menekankan, PPKM sebagai upaya kontrol penularan Covid-19. 

"Mobilitas ini dibatasi lewati PPKM tetap penting dan perlu. PPKM Level 1 juga ada pembatasan, tidak dilonggarkan 100 persen," kata Dicky kepada Republika, Jumat (14/1). 

Dicky menganggap, kebijakan PPKM tetap bermanfaat walau kondisi aktivitas masyarakat di lapangan seolah berlangsung normal. Menurutnya, PPKM ditujukan agar semua pihak tetap waspada karena ancaman Covid-19 belum selesai. 

"Manfaat PPKM sesuai aturan WHO untuk ingatkan semua pihak baik pemerintah dan masyarakat bahwa situasi ini masih menuntut dilakukannya pembatasan meski nggak 100 persen, karena seenggaknya ada kontrol," ujar Dicky. 

Dicky juga menyinggung bahaya varian Omicron yang kini mulai menyebar di tengah masyarakat. Ia mewanti-wanti bahaya penularan Omicron bisa menyasar seseorang yang sudah divaksin sekalipun. 

"Peningkatan mobilitas tingkatkan resiko sirkulasi virus dimana Omicron tersebar nggak cuma kepada yang belum divaksin tapi juga yang divaksin," sebut Dicky. 

Selain itu, Dicky menyarankan, opsi bekerja dari rumah atau work from home (WFH) tetap harus dibuka. Dia pun mengusulkan, murid tetap diberikan pilihan menjalani kegiatan belajar dari rumah atau sekolah. 

"Dengan pembatasan ini bisa minimalisasi orang bawa virus dan juga ingatkan yang kebijakan work from home atau belajar di rumah harus dijaga opsinya. Situasinya belum relatif aman sehingga jangan sampe WFH dan belajar di rumah dihilangkan," ucap Dicky.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement