Senin 18 Oct 2021 06:18 WIB

Bukan Ataturk, Waketum Gerindra Usul Jalan Muhammad Al Fatih

Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta akan ditukar Jalan Ahmed Sukarno di Ankara.

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon.
Foto: Prayogi/Republika.
Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon tidak sependapat dengan pemberian nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta. Dia lebih setuju jika jalan itu diberi nama Mehmet II.

"Saya usul namanya Jalan Fatih Sultan Mehmet II," kata Fadli mengomentari rencana pertukaran nama Jalan Ahmed Sukarno di Ankara dan Jalan Mustafa Kemal di Jakarta saat dikonfirmasi Republika di Jakarta, Senin (18/10).

Sultan Mehmed (Muhammad) II atau yang populer disebut Fatih Sultan Mehmed atau Muhammad Al Fatih, merupakan Sultan Utsmani atau Ottoman yang berhasil menaklukkan Konstantinopel kini Istanbul pada 29 Mei 1453. Kala itu, Konstantinopel adalah ibu kota Kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur.

Berjuluk Mehmed Sang Penakluk, ia mewujudkan nubuat Nabi Muhammad delapan abad kemudian. Dalam Hadist Riwayat Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim, suatu ketika, Rasulullah ditanya oleh salah seorang sahabat tentang kota yang bakal ditaklukkan Muslim lebih dulu, apakah pusat Kekaisaran Romawi Barat (ibu kota Roma) atau Kekaisaran Romawi Timur (ibu kota Konstantinopel).

"Ya Rasul, mana yang lebih dahulu jatuh ke tangan kaum Muslimin, Konstantinopel atau Romawi?" Nabi menjawab, "Kota Heraklius (Konstantinopel)."

"Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan," ujar Nabi Muhammad SAW menambahkan.

Setelah kegagalan demi kegagalan dilakukan pasukan Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, baru era Sultan Mehmed II yang merupakan Sultan ke-7 Ottoman atau putra Murad II tersebut yang berhasil meruntuhkan tembok legendaris yang mengelilingi Konstantinopel.

Sebelumnya, Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal membenarkan rencana penamaan Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Menteng, Jakarta Pusat. Menurut dia, pemberian nama itu merupakan upaya untuk mendekatkan diri antara RI dan Turki.

Sebagai imbal balik, sambung dia, Turki mengizinkan agar nama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara diberi nama Ahmed Sukarno. Dia menjelaskan, pemberian nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta sebagai konsekuensi atas nama Jalan Ahmed Sukarno di Ankara, lantaran status keduanya sebagai pendiri negara Turki dan Indonesia.

"Sebagai simbol kedekatan kedua bangsa yang sudah dimulai sejak abad ke-15, Turki setuju memenuhi permintaan kita untuk memberikan nama jalan di depan KBRI Ankara dengan nama Bapak Proklamasi kita, Ahmet Sukarno. Sesuai tata krama diplomatik, kita akan memberikan nama jalan di Jakarta dengan nama jalan Bapak Bangsa Turki," ujar Lalu ketika dihubungi Republika di Jakarta, Senin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement