Kamis 17 Jun 2021 10:35 WIB

Epidemiolog: Penyebab Covid di Indonesia Berasal dari India

Varian Delta lebih cepat menyebar, tapi keganasannya relatif lebih rendah.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane.
Foto: Dok Uninus
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane menyarankan agar masyarakat menghentikan sementara aktivitas yang tidak perlu. Hal itu guna menekan lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air.

Masdalina menjelaskan, lonjakan pasien yang terpapar Covid-19 dalam 10 hari terakhir ini, memiliki tingkat mutasinya relatif lebih tinggi dari varian yang heboh di tahun 2020.

"Dalam situasi ini sebaiknya tidak boleh ada mobilitas lanjutan, terlebih di bulan depan umat Islam akan merayakan lebaran Idul Adha. Sebaiknya dilakukan pengetatan kembali untuk mencegah lonjakan lebih besar," kata Masdalina di Jakarta, Kamis (17/6).

Menurut dia, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang berkembang saat ini merupakan varian Delta 1617.2 yang berasal dari India. Jenis ini, kata dia, memiliki mutasi atau penyebaran yang lebih cepat walaupun virulensi atau keganasannya relatif lebih rendah.

Masdalina menjelaskan, varian inilah yang mendorong hampir empat provinsi di pulau Jawa kini menjadi zona merah kembali. Adapun untuk wilayah Bali, tidak terjadi lonjakan. Hanya saja, berdasarkan temuan terakhir pada orang meninggal akibat Covid-19, ternyata diakibatkan varian B.1.351 asal Afrika Selatan.

"Bedanya, yang varian dari Afrika Selatan itu virulensi atau keganasannya tinggi, namun tidak menyebar cepat. Jadi sekali orang terkena varian Afrika dalam waktu tiga hari bisa langsung meninggal," ucap Masdalina.

Dia mengatakan, banyak daerah di pulau Jawa kini menjadi episentrum, seperti di Kudus, Bandung, dan Jakarta. Meskipun tidak semua daerah dalam satu provinsi yang menunjukkan gejala.

Meski begitu, lanjut Masda, data Satgas Covid-19 menunjukkan secara agregat menunjukkan DKI Jakarta yang mengalami kenaikan hingga mencapai 400 persen, Depok 305 persen, Bekasi 500 persen, Jawa Tengah 898 persen, dan Jawa Barat 104 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement