Rabu 25 Nov 2020 00:57 WIB

Stigma Jadi Penyebab Utama Masyarakat Enggan Dites Covid-19

Satgas sebut masyarakat yang berani dites Covid-19 sebagai pahlawan.

Stigma atau pandangan negatif masyarakat terhadap pasien Covid-19 masih menyebabkan sebagian masyarakat lain yang ingin dites menjadi enggan untuk memeriksakan diri.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Stigma atau pandangan negatif masyarakat terhadap pasien Covid-19 masih menyebabkan sebagian masyarakat lain yang ingin dites menjadi enggan untuk memeriksakan diri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menilai faktor stigma masih menjadi penyebab masyarakat untuk enggan memeriksakan diri ketika bergejala atau setelah terlibat kontak erat dengan pasien Covid-19. Ketakutan akan dikucilkan membuat masyarakat tidak mau dites Covid-19.

"Itu benar. Itu salah satunya," kata anggota Tim Pakar Satgas Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku Turro Wongkaren, Ph.D, dalam konferensi pers Satgas Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (24/11).

Baca Juga

Ia mengatakan benar stigma atau pandangan negatif masyarakat terhadap pasien Covid-19 masih menyebabkan sebagian masyarakat lain yang ingin dites menjadi enggan untuk memeriksakan diri. Turro menduga ketika seseorang dinyatakan positif Covid-19, maka seseorang tersebut menjadi khawatir akan dijauhi dan dikucilkan oleh warga lain di sekitarnya.

"Tentang apa yang akan orang katakan. Kemudian dia juga takut bagaimana kalau dia dikucilkan," katanya.

Untuk itu, menurut Turro, perlu ada cara khusus untuk mendorong orang-orang yang bergejala agar berani memeriksakan diri. Sehingga jika benar dinyatakan positif bisa segera disembuhkan.

Turro sangat mengapresiasi orang-orang yang telah berani memeriksakan diri tersebut. Ia menganggap mereka sebagai pahlawan karena berani menghadapi kemungkinan mendapat stigma dari masyarakat.

"Jadi Anda itu sebetulnya bisa kita sebut sebagai pahlawan. Kenapa? Kalau orang tidak dites, bisa jadi yang OTG itu akan menyebarkan penyakit ke banyak orang, tanpa orang itu sendiri sadari," katanya.

Karena itu, Turro menyebut orang-orang yang berani dites sebagai pahlawan. Karena selain berani menghadapi kemungkinan mendapat stigma masyarakat, orang tersebut juga telah mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadinya dengan membantu pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 lebih dini.

Kepada masyarakat secara luas, ia juga mengimbau kepada mereka untuk mencari tahu banyak informasi yang benar tentang penyakit Covid-19 dan pencegahannya. Sehingga bisa bersikap lebih bijaksana kepada tetangga yang mungkin terinfeksi Covid-19.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement