Sabtu 07 Nov 2020 03:09 WIB

PBB Indonesia: Vaksin Covid-19 Harus Terjangkau untuk Semua

PBB Indonesia menekankan pentingnya kebijakan infklusif dalam pengadaan vaksin Covid.

Produksi vaksin Covid-19. Ilustrasi. Menjadi bagian dari Covax, Indonesia akan memperoleh vaksin untuk 20 persen jumlah penduduk.
Foto: AP Photo / Ng Han Guan
Produksi vaksin Covid-19. Ilustrasi. Menjadi bagian dari Covax, Indonesia akan memperoleh vaksin untuk 20 persen jumlah penduduk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia Valerie Julliand mengungkapkan pentingnya kebijakan inklusif dalam penyediaan vaksin Covid-19. Dengan begitu, vaksin nantinya akan dapat tersedia serta terjangkau bagi semua kalangan di Indonesia.

"Kami mendukung penentuan kebijakan yang inklusif, yang akan memandu proses distribusi vaksin, dan juga mengadvokasikan agar kelompok rentan dapat membawa suara mereka jika diperlukan," ujar Julliand kepada Antara dalam wawancara di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Di luar dari perkara ketersediaan dan keterjangkauan, proses distribusi vaksin Covid-19 dinilai Julliand sebagai tantangan paling penting yang harus dihadapi ke depannya. Apalagi, jumlah populasi Indonesia yang sangat besar dan tersebar di wilayah yang luas.

Dari sisi distribusi, tantangan-tantangan yang muncul termasuk masalah logistik, cold chain (rantai dingin, istilah dalam transportasi vaksin yang memerlukan penyimpanan di suhu rendah), serta administrasi dalam proses tersebut. Demi mencapai target penyebaran vaksin Covid-19 tersebut, Kantor Perwakilan PBB di Indonesia mengatakan, pihaknya menjalin kerja sama, tak hanya dengan pihak pemerintah sebagai pemeran utama, namun juga dengan sektor swasta yang dapat membantu produksi vaksin.

 

Pertengahan September 2020, Unicef menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Kesehatan RI untuk kerja sama pengadaan dan distribusi vaksin Covid-19. Indonesia telah menjadi bagian dari Covax, inisiatif global untuk menjamin akses vaksin Covid-19 di seluruh dunia yang dipelopori, salah satunya, oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), institusi di bawah PBB.

Dengan bergabung dalam kerangka kerja sama ini, Indonesia akan memperoleh vaksin untuk 20 persen jumlah penduduk, dengan bantuan keringanan finansial melalui mekanisme Official Development Assistance (ODA), seperti yang telah disebutkan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.

"Yang ingin kami lakukan di Indonesia, bersama pemerintah yang memang ingin mencapainya, adalah secara bersamaan memproduksi vaksin sendiri dan juga membuka kemungkinan untuk mendapat pengadaan dari pihak internasional (...) karena kita mempunyai populasi yang amat besar untuk divaksinasi," ujar Julliand.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement