Kamis 29 Oct 2020 00:36 WIB

Sumpah Pemuda, Awal dari Keberagaman Indonesia

Budaya pop bisa menjadi sarana untuk membudayakan Indonesia

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Gita Amanda
Sumpah Pemuda awal keberagaman Indonesia.
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Sumpah Pemuda awal keberagaman Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sumpah Pemuda yang diperingati tepat pada 28 Oktober, tak hanya menghasilkan isi atau janji para pemuda Indonesia. Sejarawan di Pusat Studi Budaya dan Laman Batas Universitas Brawijaya (UB), FX Domini BB Hera, mengatakan salah satu tokoh penting yang berperan di Kongres Pemuda II adalah Sunario Sastrowardoyo.

Kala itu, saat menghadiri kongres, dia bertemu dengan belahan jiwanya yang juga ada di kongres. Sunario berasal dari Jawa Timur akhirnya menikah dengan seorang perempuan Manado. Ada pula seorang aktivis perempuan yang menghadiri Kongres Pemuda II, Lena Mokoginta yang menikah dengan Jenderal Pol. (Purn.) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Lena berasal dari Manado, sedangkan Raden Said berasal dari Jawa Tengah.

Baca Juga

Dari contoh dua pernikahan tersebut, dapat dikatakan tidak mungkin Indonesia lahir jika tidak dimulai dari keluarga-keluarga yang nasionalis dari pernikahan antarsuku.

“Karena keluarga-keluarga nasional yang akan melahirkan generasi nasionalis berikutnya. Nah kongres pemuda itu juga menjadi ajang dari para aktivis menjadi Indonesia melalui keluarga,” kata pria yang akrab disapa Sisco saat dihubungi Republika, Selasa (27/10).

Zaman saat Indonesia dijajah, dipenuhi dengan segregrasi sosial dan rasisme. Pembagian masyarakat mulai dari kelas atas, orang Belanda hingga kelas bawah, orang pribumi. Bahkan kata dia ada peraturan setiap daerah memakai baju adatnya. Hal itu menunjukkan sebegitu ketatnya dalam membedakan orang.

Namun, melalui kongres pemuda semua itu melebur. Tidak ada lagi perkumpulan daerah, yang ada hanyalah Indonesia. Terbentuk juga Indonesia Moeda, yaitu organisasi pemuda yang diresmikan 31 Desember 1930.

Istri Ketua Kongres Pemuda II, Suwarsih Djojopuspito membuat novel yang berjudul Buiten Het Gareel. atau Manusia Bebas. Novel tersebut menceritakan kondisi sehari-hari para pemuda Indonesia saat itu. Sulitnya memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, pun bagaimana mereka merasakan jatuh cinta dan mencari uang. Dari buku tersebut, pembaca mendapat gambaran nyata bagaimana suasana 28 Oktober.

Sisco menuturkan sumpah pemuda juga disepakati sebagai hari lahirnya kebangsaan Indonesia. “Selain bahasa, selain tanah tumpah darah, kan kita kelahiran bangsa dan bangsa itu dimulai dari individu yang menikah,” ujar dia.

Kongres pemuda II diselenggarakan di tiga tempat dan berlangsung selama dua hari, yaitu 27-28 Oktober 1928. Tempat pertama di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein yang sekarang Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Karena hari pertama kongres pada Sabtu, mereka harus pindah karena besoknya Ahad. Gereja akan dipakai untuk beribadah.

Tempat selanjutnya yakni di Gedung Oost Java yang sekarang berada di Medan Merdeka Utara Nomor 14, Jakarta Pusat. Film diputar di bioskop pada malam hari, sehingga para pemuda Indonesia harus berpindah tempat lagi yang akhirnya mereka menuju asrama pelajar milik seorang Tionghoa, Sie Kok Liong. Sekarang asrama itu menjadi Museum Sumpah Pemuda terletak di Jalan Kramat Raya No.106, Jakarta Pusat.

Dalam peringatan hari sumpah pemuda, Sisco berharap yang paling penting saat ini, khususnya bagi generasi muda adalah ruang-ruang yang bersifat kebanggan menjadi seorang Indonesia itu ada, tidak hilang.

“Hal-hal semacam ini kan ada di ruang sejarah ya nah kita tahu pelajaran sejarah kita kondisinya masih seperti ini. Saya melihat generasi muda kita sekarang itu kan justru lebih akrab dengan dengan dunia maya, seperti YouTube, TikTok, dan video game,” ujar dia.

Ada baiknya jika ruang-ruang seperti sejarah, ikut berkecimpung dalam ranah budaya pop. Misal, dibuat game tentang sumpah pemuda. Menurutnya, budaya pop bisa menjadi sarana untuk membudayakan Indonesia dan sejarah bangsa Indonesia.

“Ini merupakan undangan para kreator. Bisa merayakan sejarah bangsa melaui dunia maya seperti merayakan hari sumpah pemuda,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement