Kamis 04 Jun 2020 17:18 WIB

Ini Kelemahan Pembelajaran Daring Menurut Pengamat

Materi yang diajarkan perlu disesuaikan dengan metode pembelajaran secara daring.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Friska Yolandha
Associate Professor Departemen Statistik Universitas Leeds Inggris, Arief Shobirin Gusnanto mengatakan beberapa hal harus diperhatikan agar kegiatan belajar mengajar bisa efektif.
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Associate Professor Departemen Statistik Universitas Leeds Inggris, Arief Shobirin Gusnanto mengatakan beberapa hal harus diperhatikan agar kegiatan belajar mengajar bisa efektif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah masih akan menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan juga dalam jaringan (daring) pada tahun ajaran baru 2020 yang akan datang. Associate Professor Departemen Statistik Universitas Leeds Inggris, Arief Shobirin Gusnanto mengatakan beberapa hal harus diperhatikan agar kegiatan belajar mengajar bisa efektif.

Ia mengatakan, di satu sisi pembelajaran daring memiliki kelebihan. Di salah satu perguruan tinggi di Inggris yang menerapkan pembelajaran daring, mahasiswa menjadi lebih mudah menyusun materi yang ingin dipelajarinya sendiri. Selain itu, pembelajaran bisa disesuaikan dengan kecepatan menyerap materi masing-masing.

Baca Juga

Walaupun demikian, pembelajaran daring juga memiliki kelemahan yang harus diperhatikan. Khususnya di Indonesia yang pada Juli 2020 akan memulai tahun ajaran baru kemungkinan besar masih menerapkan pembelajaran daring.

Arief menjelaskan, pembelajaran daring memerlukan persiapan dari guru dan siswa lebih banyak. "Misal pada pelajaran tertentu yang memerlukan instant feedback. Karena tidak adanya mekanisme instant feedback maka persiapan guru harus ekstra," kata dia, dalam sebuah diskusi daring, Kamis (4/6).

Hal kedua yang harus diperhatikan adalah penyesuaian materi ajaran yang tidak sefleksibel apabila mengajar langsung di kelas. Sebab, ketika pembelajaran dilakukan langsung di kelas dan siswa belum mengeri, maka guru bisa langsung mengubah materi agar sesuai dengan yang tidak dimengerti.

Masalah ketiga yang harus diperhatikan adalah belajar dari rumah membutuhkan kejujuran dan disiplin tinggi. Ia memahami kondisi di rumah berpotensi untuk mengganggu konsentrasi seseorang yang sedang belajar.

Arief melanjutkan, belajar di rumah juga bisa menimbulkan perasaan terkucilkan, karena tidak bertemu dan tidak berinteraksi sosial dengan siswa lainnya. Sehingga makin sulit mengidentifikasi siswa yang tertinggal.

"Ini bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak setiap saat kalau kita tidak bisa mengidentifikasi siswa yang tertinggal," kata dia menambahkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement