Rabu 22 Apr 2020 22:59 WIB

Lestari Moerdijat: Perempuan adalah Partner Hidup

Pimpinan MPR itu menyayangkan masih ada diskriminasi terhadap perempuan.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Karta Raharja Ucu
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat menilai perjuangan Kartini membawa banyak perubahan untuk perempuan Indonesia.
Foto: MPR
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat menilai perjuangan Kartini membawa banyak perubahan untuk perempuan Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini, bertepatan dengan hari lahir Raden Ajeng Kartini. Kartini adalah tokoh yang menggelorakan pergerakan dan emansipasi perempuan Indonesia. Pada hari Kartini ini, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyoroti masih terjadinya diskriminasi terhadap perempuan.

Satu-satunya perempuan di antara para pimpinan MPR ini menilai masih sering terjadi diskriminasi terhadap perempuan di bidang sosial dan budaya yang terus melihat perempuan sebagai objek. Karena itu dia mengajak pemerintah dan masyarakat berkolaborasi menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan di bidang sosial dan budaya.

“Masyarakat perlu dibangun kesadaran bahwa perempuan adalah partner hidup, partner kerja bukan obyek yang direduksi pada kebutuhan fisik semata,” ujar Rerie, sapaan akrab Lestari Moerdijat pada Selasa (21/4).

Selain itu, kata Rerie, perempuan masih mengalami tindak dan ragam kekerasan. Dalam tindak kekerasan di lingkup rumah tangga atau kasus pelecehan seksual yang diikuti kekerasan fisik, perempuan seringkali menjadi objek bukan subjek. Karena itu Rerie mendorong pemerintah untuk tegas, tanggap dan responsif terhadap ragam kekerasan terhadap perempuan di Tanah Air.

Rerie menilai perjuangan Kartini telah membawa banyak perubahan untuk perempuan Indonesia. Melalui karya Kartini, Dari Kegelapan Menuju Cahaya, sebagian surat dalam bukunya itu menggugat budaya sebagai penghambat kemajuan perempuan yang kini harusnya sudah dilewati oleh perempuan Indonesia.

Mengutip Kartini, Rerie mengatakan perempuan mesti memiliki ruang untuk pengembangan diri (self development), percaya diri (self confidence), belajar mandiri (self teaching), berkegiatan sendiri (self activity) dan solidaritas perempuan.

“Semangat Kartini masih relevan hingga saat ini untuk perjuangan perempuan. Kartini telah meletakan dasar pemikiran perempuan tersebut atas dasar ketuhanan, kebijaksanaan dan keindahan. Tema lain yang diusung Kartini adalah humanisme dan nasionalisme,” kata Lestari.

Untuk itu Rerie mengapresiasi perempuan yang memperjuangkan kesetaraan di berbagai bidang, seperti akses yang sama untuk mendapatkan pendidikan setinggi mungkin, kesetaraan gender di dunia pekerjaan.

Memang saat ini perempuan sudah menempati posisi di pemerintahan, birokrasi, dan politik. Namun, Lestari tetap meminta pemerintah mendorong terciptanya gerakan perempuan mandiri di bidang ekonomi dan membuka ruang untuk representasi perempuan di bidang eksekutif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement