Sabtu 08 May 2021 07:45 WIB

Anis Matta: Poros Islam Hanya akan Melebarkan Polarisasi

Ada persoalan yang jauh lebih signifikan daripada sekadar ide poros Islam. 

Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta
Foto: tangkapan layar
Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta berpendapat, pembentukan poros Islam pada Pilpres 2024, hanya akan memperlebar pembelahan atau polarisasi politik identitas di masyarakat pascaPilpres 2019. Anis Matta dalam diskusi Moya Institute bertajuk Prospek Islam dalam Kontestasi 2024 secara daring, di Jakarta, Jumat (7/5), pun menolak ide koalisi poros Islam.

Dia menilai, ada persoalan yang jauh lebih signifikan daripada sekadar ide poros Islam. "Ide ini menurut saya hanya akan memperdalam pembelahan yang sedang terjadi di masyarakat," ujarnya.

Anis melihat, saat ini, sedang dalam krisis sistemik yang terjadi secara global dan nasional. Krisis ini mengakibatkan keterbelahan di masyarakat.

Menurutnya, elite politik dari kelompok Islam (kanan), tengah, maupun kiri sedang bingung menghadapi krisis ini. "Di Indonesia sedang mengalami pembelahan ini dan menurut saya pembelahan ini satu fenomena yang menunjukkan elite kita sedang mengalami kebingungan akibat krisis sistemik ini. Kita alami krisis sistemik dan krisis leadership, saya kira kebingungan ini ada di kelompok Islam, kelompok tengah dan kelompok kiri," kata Anis dalam siaran persnya.

Pembentukan poros Islam bukan sebuah solusi masalah. Ini karena, poros Islam bukan menyatukan, tapi justru akan membuat kelompok-kelompok kecil di masyarakat. 

"Justru cara kita merespon dengan pembentukan poros Islam membuat kita masuk konfrontasi yang merusak rumah besar bangunan Indonesia," kata Anis.

Sementara Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof Komaruddin Hidayat mengaku, terkesan dengan visi yang disampaikan Ketum Gelora Indonesia Anis Matta yang menyebutkan konsolidasi politik zaman kemerdekaan yang mengutamakan nasionalisme. Pertama, pihaknya sepakat, bagaimana mengembalikan saat semangat awal menuju Indonesia merdeka. 

"Kemudian, kenapa ada parpol Islam dan bukan parpol Islam, ada panggilan sejarah, sebagai satu kekuatan kritik, sebab ketika kritik itu bersama, maka akan lebih didengarkan. Saudara Anis Matta sudah bagus sekali, jadi harus ada narasi besar, kalau dulu ada merdeka, pembangunan, sekarang harus ada narasi baru dalam membawa arah baru Indonesia," ujar Komarudin.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement