Senin 30 Nov 2020 16:52 WIB

Penanganan Covid di Jateng Disorot Pusat dan Respons Ganjar

terjadi peningkatan kasus aktif di Jawa Tengah tiap pekannya.

Relawan melakukan sosialisasi protokol kesehatan di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Kamis (26/11/2020). Sosialisasi tersebut sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam mengedukasi masyarakat guna mencegah penyebaran wabah COVID-19.
Foto: Maulana Surya/ANTARA
Relawan melakukan sosialisasi protokol kesehatan di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Kamis (26/11/2020). Sosialisasi tersebut sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam mengedukasi masyarakat guna mencegah penyebaran wabah COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Bowo Pribadi

Lonjakan jumlah kasus baru Covid-19 di dua provinsi yakni Jawa Tengah (Jateng) dan DKI Jakarta menjadi sorotan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada rapat terbatas kabinet di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/11). Khusus untuk Jateng, lonjakan kasus positif dan kematian Covid bahkan telah disorot Satgas Penanganan Covid-19 pada beberapa pekan ini.

Baca Juga

“Saya mengingatkan bahwa ada dua provinsi yang menurut saya perlu perhatian khusus karena peningkatan dalam minggu ini, dalam 2-3 hari peningkatannya sangat drastis yaitu Jawa Tengah dan DKI Jakarta,” ujar Jokowi.

Jokowi menginstruksikan agar kepala daerah dan Satgas Penanganan Covid-19 di daerah betul-betul melakukan penanganan terhadap kondisi kasus Covid di wilayahnya. Sehingga. pemicu penularan Covid yang semakin meluas pun dapat segera diatasi.

“Agar dilihat betul-betul kenapa peningkatannya begitu sangat drastis,” tambah dia.

Berdasarkan data yang diterimanya pada 29 November, kasus aktif di Indonesia pun justru semakin meningkat pada pekan ini yakni menjadi 13,41 persen dari pekan lalu yang sebesar 12,78 persen. Meskipun angka ini masih lebih rendah dari angka rata-rata dunia, Jokowi minta agar Satgas dan daerah mewaspadai peningkatan jumlah kasus aktif ini.

Selain itu, tingkat kesembuhan secara nasional juga tercatat mengalami penurunan. Pada pekan ini, persentase kesembuhan tercatat sebesar 83,44 persen menurun dari pekan sebelumnya yang sebesar 84,03 persen.

“Ini semuanya memburuk semuanya. Karena adanya tadi kasus yang meningkat lebih banyak di minggu-minggu kemarin,” ujar Jokowi.

Seperti diketahui, pada Ahad (29/11) kemarin angka penambahan kasus harian Covid-19 kembali mencatatkan rekor terbaru, yakni mencapai 6.267 orang dalam 24 jam terakhir. Rekor pada Ahad kemarin itupun pecah tak lama berselang setelah rekor sebelumnya pada Jumat (27/11) yang sebesar 5.828 dan Rabu (25/11) dengan 5.534 kasus.

Tren penambahan angka Covid ini memang terus meningkat signifikan dalam dua pekan terakhir. Bahkan sejak Rabu (18/11), penambahan kasus harian tak pernah dilaporkan di bawah 4.000 orang.

Kendati demikian, capaian angka penambahan kasus yang tinggi ini memang sejalan dengan kapasitas pemeriksaan spesimen yang terus meningkat. Pada Ahad (29/11) kemarin, dilaporkan terdapat 42.903 spesimen yang diperiksa.

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito pada tengah pekan lalu telah meminta Pemprov Jateng dan masyarakatnya untuk fokus menangani kasus Covid. Berdasarkan data grafik Satgas Penanganan Covid-19, Wiku menyebut terjadi peningkatan kasus aktif di Jawa Tengah tiap pekannya.

Pada awal November, Jawa Tengah sempat memiliki kasus aktif sebesar 12,19 persen. Namun pada pekan ini, jumlah kasus aktif meningkat drastis hingga mencapai 20,70 persen.

“Mohon agar betul-betul diperhatikan penyebab utama kenaikan kasus aktif ini. Jadikan momen ini sebagai momen untuk menurunkan angka kematian dengan memastikan kasus aktif yang ada dapat sembuh seluruhnya,” ujar Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (26/11).

Wiku pun mengingatkan pemda dan masyarakat agar tak lengah. Selain itu, aparat penegak hukum diminta agar benar-benar mengawasi penerapan protokol kesehatan oleh masyarakat.

Satgas juga meminta provinsi dengan kasus aktif yang masih tinggi agar mengambil contoh penanganan kasus dari provinsi lainnya. Seperti Sumatera Utara, Jawa Barat, Riau, dan Kalimantan Timur yang konsisten menurunkan angka kasus aktif selama empat pekan berturut-turut.

“Akan tetapi konsistensi ini perlu pengendalian yang lebih masif. Sehingga tidak hanya menghasilkan penurunan yang konsisten tapi juga signifikan,” tambah dia.

Selaku Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Jawa tengah, Ganjar Pranowo meminta masyarakat tetap tenang dan tidak perlu resah dengan lonjakan kasus positif Covid-19 seperti yang dirilis emerintah pusat. Karena, menurutnya, masih dilakukan sinkronisasi data Satgas Covid Jatengdengan data Satgas Covid-19 Pusat.

“Kita selalu melakukan update data, maka Pemprov secara terbuka menyampaikan kepada publik data terbaru Covid-19, melalui situs resmi (corona.jatengprov.go.id) tersebut,” ungkapnya, di Semarang, Jawa Tengah, Senin (30/11).

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo menilai ada kekeliruan dalam rilis Satgas Covid-19 tentang penambahan kasus positif di Jawa Tengah. Pada Ahad (29/11), Satgas Covid-19 menyebut Jateng menjadi provinsi tertinggi penambahan kasus aktif dengan angka mencapai 2.036 kasus, sementara di hari yang sama, jumlah penambahan kasus Covid-19 di Jawa Tengah hanya 844.

Menurutnya, rilis satgas Covid-19 tersebut mengagetkan tim Satgas Covid-19 Jawa Tengah. Karena dalam rilis tersebut disebutkan Jateng menjadi provinsi penyumbang terbesar kasus harian tertinggi di Indonesia.

Angka tersebut berbeda jauh dengan data Satgas Covid-19 Jawa Tengah yang pada tanggal 29 November 2020, penambahan kasus baru Covid-19 hanya sebanyak 844. Setelah ditelusuri, ternyata data yang dirilis oleh Satgas Covid-19 pusat tersebut adalah dobel data.

“Bahkan ditemukan sebanyak 519 data yang dobel dalam rilis oleh pemerintah pusat tersebut,” jelasnya.

Ia juga menyampaikan, untuk temuan 519 yang dobel data tersebut, ada satu nama yang ditulis sampai empat hingga lima kali. Sehingga total data yang dobel tersebut tercatat sebanyak 694 kasus.

“Pada hari itu saja disebutkan dalam rilis, penambahan kasus baru di  Jawa Tengah tambah lagi sebanyak 2.036,” jelasnya.

Yulianto mencontohkan, dobel data terjadi di Kendal. Dimana dalam rilis pusat itu, ada satu nama pasien yang ditulis sampai lima kali.

Tak hanya dobel data, Yulianto juga menemukan banyak kasus lama yang dimasukkan dalam rilis Satgas Covid-19 pada 29 November itu. Dari data itu, ternyata banyak data yang sebenarnya sudah diinput pada bulan Juni lalu.

“Jadi, dari jumlah penambahan kasus yang disebut Satgas Covid-19 sebanyak 2.036 itu, ternyata ada dobel data banyak.  Selain itu, juga kasusnya sudah lama, bahkan sudah beberapa bulan yang lalu baru dirilis kemarin,” tegasnya.

Selain itu, lanjut Yulianto, juga ditemukan setidaknya ada 75 orang, yang pada pekan sebelumnya, sudah dirilis, tetapi pada Ahad kemarin juga kemarin juga dirilis kembali oleh satgas Covid-19 Pusat.

Disinggung sejauh mana penyajian data bisa berbeda, Yulianto mengaku sudah berkali- kali berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 Pusat. Tujuannya agar data yang akan disajikan bisa sinkron dan tak membuat masyarakat semakin resah.

Ia juga sudah menkomunikasikan dengan pusat terkait perbaikan data tersebut dan juga meminta agar pusat mengacu saja data dari website corona.jatengprov.go.id. Karena data tersebut sudah pasti benar.

“Maka hal- hal yang menjadi saran yang kami sampaikan kepada Satgas Covid-19 di Pusat, terkait dengan adanya perbedaan data yang dirilis tersebut agar menjadi perhatian,” kata Yulianto.

photo
Liburan selama pandemi Covid-19. - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement