Selasa 21 Sep 2021 06:07 WIB

Kapal Selam Nuklir Keniscayaan Modernisasi Alutsista

TNI AL merespons rencana Australia menerima kapal selam bertenaga nuklir dari AS.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Ratna Puspita
Kapal selam nuklir Australia.
Foto: France24
Kapal selam nuklir Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono mengatakan, ia telah menerima informasi secara langsung dari Atase Pertahanan Laut Australia untuk Indonesia Kapten Rod Griffiths mengenai rencana Australia menerima kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Menurut Julius, rencana tersebut merupakan hal yang mutlak dalam modernisasi alutsista.

"Hal itu sudah menjadi keniscayaan modernisasi alutsista setiap negara," kata Julius saat dihubungi, Senin (20/9).

Baca Juga

Ia berharap agar Indonesia juga mampu meningkatkan modernisasi alutsista. "Semoga Indonesia juga bisa segera meningkatkan modernisasi alutsista, sesuai dari salah satu program prioritas Bapak Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono," ujarnya.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Badan Keamanan Laut (Bakamla) Kolonel Wisnu Pramandita mengatakan, Bakamla akan terus memantau dinamika perkembangan yang ada. Sebab, Wisnu menjelaskan, Bakamla memiliki tugas untuk melakukan penegakan hukum (gakkum) terhadap berbagai pelanggaran yang ditemukan di perairan Indonesia

 

"Kita sebagai aparat gakkum di laut tetap fokus melaksanakan tugas dalam rangka gakkum," tutur dia.

Australia akan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir di bawah kemitraan keamanan Indo-Pasifik dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Australia akan menjadi negara kedua setelah Inggris pada 1958 yang diberi akses ke teknologi nuklir AS untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan Australia akan membatalkan kesepakatan senilai 40 miliar dolar AS dengan Prancis untuk mengembangkan kapal selam konvensional. Dana tersebut akan digantikan dengan hasil bernegosiasi selama 18 bulan dengan AS dan Inggris untuk membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir.

"Australia tidak memiliki rencana untuk memperoleh senjata nuklir dan proposal ini akan tetap konsisten dengan komitmen lama Australia terhadap non-proliferasi nuklir," kata Morrison.

Australia juga akan meningkatkan kemampuan serangan jarak jauhnya. Penambahan ini akan melibatkan rudal jelajah Tomahawk yang dikerahkan pada kapal perusak angkatan laut dan rudal udara-ke-permukaan untuk jet FA-18 Hornet.

"Dunia kita menjadi lebih kompleks, terutama di sini di kawasan kita, Indo-Pasifik. Untuk memenuhi tantangan ini, untuk membantu memberikan keamanan dan stabilitas yang dibutuhkan kawasan kami, kami sekarang harus membawa kemitraan kami ke tingkat yang baru," kata Morrison. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement