Jumat 22 Aug 2014 18:00 WIB

Kespro Masuk Kurikulum SMP-SMA

Red: operator

YOGYAKARTA - Mulai semester genap tahun ajaran 2014, seluruh siswa SMP dan SMA di Yogyakarta akan mendapatkan pelajaran kesehatan reproduksi (kespro). Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah tingkat lanjutan, baik negeri maupun swasta. ''Kespro ini masuk intrakurikuler atau kurikulum dan sekarang modulnya sudah hampir selesai dibuat,'' kata Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo kepada Republika, Rabu malam (20/8).

Modul pelajaran kespro dibuat oleh tim yang terdiri dari para dokter, guru dan dibantu dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Para guru yang akan memberikan pelajaran kesehatan reproduksi sudah mendapat pelatihan. Di samping itu, para dokter khususnya di Puskesmas juga diminta untuk membantu mengajar pelajaran Kespro ke sekolah-sekolah.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:JOKO SULISTYO/ANTARA

Kepala Sekolah SMU Negeri 4 Batam, Tapi Winanti menunjukkan buku pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013 dan fotokopiannya di Batam, Senin (26/8).

 

Pembelajaran kespro bagi siswa SMP dan SMA ini diharapkan nantinya bisa menakan angka kematian ibu, masyarakat tidak mudah terkena penyakit menular seksual (PMS), ibu-ibu tidak mudah terkena penyakit kanker leher rahim, dan laki-laki juga tidak mudah terkena penyakit kanker dan mandul.

Lebih lanjut, dokter spesialis obstetri dan ginekologi ini mengungkapkan, angka kematian ibu saat ini cukup tinggi. Ini merupakan fenomena yang mengejutkan. Sebab, angka kematian ibu di Indonesia sudah sempat turun menjadi 228 per 100 ribu kelahiran.

Namun, akhir-akhir ini meningkat lagi menjadi 356 per 100 ribu kelahiran. Menurutnya, di Kulonprogo, angka kematian ibu untuk lima tahun terakhir sudah turun sekitar 80 hingga 120 per 100 ribu kelahiran. Sedangkan, sebelumnya di atas 140 per 100 ribu kelahiran.

''Dengan adanya pelajaran kesehatan reproduksi di semua sekolah SMP dan SMA se-Kabupaten Kulonprogo, diharapkan angka kematian ibu bisa turun lagi,'' tuturnya.

Hasto mengatakan, di daerah perdesaan seperti Kabupaten Kulonprogo, angka menikah dini di bawah 20 tahun masih tinggi. Sebab, tingkat pendidikan rendah dan banyak yang tidak punya pekerjaan. Padahal, apabila seorang perempuan menikah pada usia 16 tahun, Hasto mengatakan, risiko terkena penyakit kanker leher rahim akan berlipat-lipat dibandingkan bila menikahnya sudah di atas 20 tahun.

''Karena itu, dengan adanya pelajaran kespro, diharapkan angka pernikahan dini di Kabupaten Kulonprogo juga bisa menurun,'' katanya.

Menurutnya, dalam menyampaikan pelajaran kespro tidak perlu dengan bahasa vulgar, melainkan bisa disampaikan secara biologis. Ia mencontohkan, pada anak yang sering mengalami penyakit gondongan, itu bisa membuatnya mandul. Hal itu akan mengganggu kesehatan reproduksi karena setelah menikah nanti bisa tidak mempunyai keturunan. Demikian juga pada anak laki-laki yang hanya mempunyai testis satu, hal itu bisa mengakibatkan penyakit kanker.

rep:neni ridarineni ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement