Rabu 20 Aug 2014 15:00 WIB

70 Hafiz Dikirim Belajar ke Turki

Red:

JAKARTA -- Semangat masyarakat, terutama kalangan belia, untuk menghafal Alquran makin meningkat. Semangat tersebut disambut pemerintah dalam bentuk layanan pendidikan dan beasiswa. Salah satunya, beasiswa terhadap 70 santri hafiz Alquran untuk belajar ke Turki. Di sana, mereka diharapkan memperoleh pendidikan Alquran secara lebih baik dan mendalam.

"Insya Allah, setelah mereka diisi dengan ulumul quran, tajwid, dan segala pengetahuan Alquran di sana, mereka diprioritasikan menjadi imam di negara Eropa dan Amerika," kata Wakil Menteri Agama (Wamenag) Prof Dr Nasaruddin Umar kepada Republika, Selasa (19/8).

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Tahta Aidilla/Republika

Anak-anak sedang menghafalkan ayat suci Al-Quran, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (19/3)

 

Dikatakannya, sebanyak 70 santri telah diberangkatkan ke Turki pada Senin malam (18/8). Di sana, mereka akan menempuh pendidikan tinggi resmi berbasis Alquran. Dalam hal ini, Kementerian Agama (Kemenag) telah menjalin kerja sama dengan salah satu lembaga pendidikan di Turki agar mengarahkan para lulusan asal Indonesia untuk menjadi imam dunia.

Mereka, kata Wamenag, diharapkan dapat memperkenalkan model Islam moderat kepada dunia. Sebab, Islam yang berkembang di Indonesia bukan berkiblat pada sekularisme ataupun fundamentalisme. ''Islam Indonesia Rahmatan Lil Alamin dan dapat diterima semua pihak yang ada di kolong langit, dari mulai segi budaya, aliran politik, maupun etnik,'' ujar dia.

Wamenag menjelaskan, berbagai kebijakan terkait pendidikan Islam di Kemenag harus dapat memberi kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses pendidikan tersebut, termasuk pendidikan di tingkat yang tinggi. "Misalnya, dalam kredit poin semester di perkuliahan, jika mahasiswa menunjukkan diri hafal Alquran, hal itu akan menambah skor dan mengurangi kewajiban kredit semesternya," kata rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) ini.

Pernyataannya, bukan sekadar teori. Sebab, apresiasi tinggi untuk hafiz telah ia terapkan di PTIQ. Meski begitu, pengurangan sistem kredit semester (SKS) karena hafal Alquran tetap disesuaikan dengan kebijakan fakultas dan institut yang bersangkutan.

Kuasai bahasa internasional

Pemerintah memfasilitasi para hafiz dengan menyediakan beasiswa sampai jenjang S-2, baik di dalam maupun luar negeri. Proses pendidikan tersebut akan diarahkan untuk  mencetak imam yang bisa membuat orang menangis dengan keindahan bacaan Alqurannya, membuat orang betah di masjid, dan juga bisa membuat orang bersemangat menuju masjid lewat suara azan yang dikumandangkan.

Namun, ada syarat yang mesti mereka miliki, terutama penguasaan bahasa asing, di antaranya, Inggris. "Banyak yang di ponpes (pondok pesantren), bahasanya nggak jalan," kata Wamenag. Sementara, untuk menjadi imam di negeri orang, penguasaan bahasa sangatlah penting karena tugas imam juga sekaligus berdakwah di tengah masyarakat.

rep:c78 ed: wachidah handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement