Jumat 15 Aug 2014 20:00 WIB

Muslim Penyandang Tunarungu Belajar Alquran

Red: operator

Umat Islam penyandang gangguan pendengaran (tunarungu) di Amerika Serikat kini dapat bernapas lega. Se buah ormas Islam untuk kaum difabel, Muslim Tunarungu Global (GDM), mewujudkan sarana ber upa metode penerjemahan Alquran ke dalam bahasa isyarat. Mereka pun dapat belajar memahami Islam lewat kitab suci dengan lebih mudah.

GDM menginisiasi gagasan ini untuk membantu 55 juta Muslim penyandang tunarungu di seluruh dunia. Pendiri sekaligus Presiden GDM Nashiru Abdulai (38 tahun) mengungkapkan, memang banyak orang percaya jika membaca Alquran dengan terjemahannya dalam bahasa asal cukup untuk memahamkan para tunarungu akan agama. Hanya, ujarnya, bahasa asal terkadang berbeda pema ham annya dengan bahasa asli yang diterjemahkan lewat bahasa isyarat.

Ia menjelaskan, penderita tunarungu biasa memiliki bahasa visual. Mereka pun membutuhkan makna dengan melihat sehingga membutuhkan bahasa isyarat untuk memahami sesuatu. Abdulai pindah dari Ghana ke Virginia, AS, saat usianya 19 tahun. Saat pindah, ia menyayangkan tidak adanya layanan untuk penerjemahan bahasa isyarat di masjid.

Sejak menjadi penyandang tunarungu 28 tahun lalu, ia hanya bisa memandangi pengeras suara saat azan berkumandang.

Ketika itu, tak ada penerjemah yang bisa membantu saat waktu shalat datang. Tidak juga ketika ada pengajian atau ceramah agama. "(Di masjid) semuanya akan ber interaksi dengan bahasa verbal. Tentu Muslim tunarungu tak tahu apa yang terjadi di sekitar mereka. Mereka lantas bertanya, `Siapa yang mendukungku?' Inilah waktu ketika organisasi untuk Muslim tunarungu dibutuhkan," ujarnya kepada Aljazeera.

Ia menjelaskan, banyak warga tunarungu tumbuh dengan ide-ide tentang Islam berdasarkan informasi yang diperoleh dari keluarga ke keluarga lain. Budaya tersebut, katanya, menyebabkan adanya kecenderungan misinformasi tentang Islam.

Itulah alasan mengapa ia mendirikan GDM.

Abdulai mengharapkan Muslim penyandang tunarungu bisa memperoleh haknya dan memastikan komunitas Muslim menjadi kelompok yang bisa diakses serta inklusif untuk semua.

"Kami harap keberadaan GDM juga bisa meningkatkan kesadaran Muslim penyandang tunarungu dengan isu-isu hangat tentang Islam melalui komunitas," katanya, seperti dikutip Desert News, Rabu (13/8).

GDM memiliki cabang di California, Virginia, Minnesota, Illinois, dan Texas. Bela kangan, organisasi ini juga menambah cabang di Ka nada dan Ghana. GDM pun berhasil mengum pulkan dana 480 ribu dolar AS untuk memulai proyek menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa isyarat Amerika.

Selain itu, Pusat Kebudayaan dan Kegiatan Sosial untuk Penyandang Tunarungu Qatar belum lama ini mendonasikan kamus ter jemahan isyarat istilah-istilah dalam Islam untuk penerjemahan dalam bahasa Arab. Namun demikian, Abdulai mengungkapkan, kamus serupa harus juga tersedia secara universal untuk Muslim penyandang tunarungu di mana saja.

Profesor studi Islam dari Shenandoah University dan Nova College yang membantu GDM, Doud Nassimi, mengatakan, hal pertama yang dibutuhkan Muslim penyandang tuna rungu, yakni penerjemah untuk khutbah Jumat dan ceramah agama.

Meski demikian, ujarnya, pemimpin komunitas Muslim harus mengetahui jumlah Mus lim penyandang tunarungu dalam ko muni tas mereka. Uang yang terkumpul harus digunakan untuk mempekerjakan penerjemah.

"Ini penting. Sulit bagi mereka mendapatkan sesuatu dari ceramah jika mereka tidak difa silitasi dengan penerjemah." rep:Fuji Pratiwi  ed:a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement