Selasa 12 Aug 2014 14:00 WIB

Belajar Menghargai Pahlawan dari Makam dr Tjipto

Red:

"Sang Saka" kembali berkibar di lingkungan makam pahlawan nasional, dr Tjipto Mangoenkoesoemo. Bagi Suwarsinah (70 tahun) dan keponakannya, Priyono (55), ini momentum yang paling ditunggunya.

Sudah empat tahun lebih juru kunci makam keluarga Mangoenkoesoemo tersebut menantikan saat seperti ini. Yakni, bendera Merah Putih kembali berkibar di makam yang terletak di TPU Watu Ceper, Kelurahan Kupang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, itu.

"Pertengahan 2009 lalu, bendera yang telah rusak tersebut sudah tidak kami pasang lagi," kata Suwarsinah saat ditemui di lingkungan TPU Watu Ceper, Ambarawa, Senin (11/8).

Suwarsinah menuturkan, sang Merah Putih berkibar "gagah'" di tiang bendera yang berdiri tegak di di dekat nisan makam dr Tjipto Mangoenkoesoemo dan makam istrinya, Siti Aminah—yang bernama asli Marie Vogel. Setelah rusak, ia pernah mengajukan bendera Merah Putih kepada Pemkab Semarang agar terpasang di kompleks makam ini.

Bantuan bendera justru datang dari kantor Kecamatan Ambarawa. Namun, setelah rusak kembali empat tahun lalu, dwi warna itu tak berkibar lagi. Ia sudah meminta kembali kepada pihak terkait di Pemkab Semarang, namun juga tak ada respons. 

KeinginanSuwarsinah hanya satu, yakni generasi penerus mengerti jika makam salah satu tokoh penting perintis kemerdekaan bangsa ini ada di Ambarawa. Karena sejauh ini tak ada tanda khusus yang membuat masyarakat umum mudah mengenali makam dr Tjipto Mangoenkoesoemo, yang berada di sekitar Pasar Ambarawa ini.

Tanda pengenal hanya sebuah papan petunjuk berukuran 100 x 60 sentimeter yang nyaris tak terlihat. Posisinya sudah menyatu dengan lapak-lapak pedagang kaki lima (PKL) di jalur utama Ambarawa.

Sejak rusak sekitar empat tahun lalu, bendera Merah Putih terpasang hanya setahun sekali, yaitu saat Hari Kebangkitan Nasional. Itu pun statusnya hanya dipinjami oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang.

"Karena setelah peringatan hari Kebangkitan Nasional berlalu, bendera Merah Putih ini pun segera dilepas dari tiang bendera dan diambil kembali," kata Suwarsinah yang ditemani Priyono.  

Priyono pun ikut prihatin dengan kondisi itu. Karenanya, ia sangat berterima kasih saat sejumlah jurnalis Forum Komunikasi Wartawan Kabupaten Semarang (FKWKS) berinisiatif memasang kembali bendera Merah Putih ini. "Karena sudah lama, bendera Merah Putih ini sudah tak berkibar di makam Pak Dokter," ujar Proyono yang senantiasa menyebut Pak Dokter kepada dr Tjipto Mangoenkoesoemo.

Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Semarang The Hok Hiong yang sekaligus satu tokoh masyarakat Ambarawa sangat mengapresiasi inisiatif para jurnalis ini. Menurutnya, tak berkibarnya bendera Merah Putih di makam dr Tjipto Mangoenkoesoemo menjadi potret kurangnya perhatian pemerintah.

Menurutnya, hal seperti ini sebetulnya tak perlu ditangani langsung oleh bupati. "Camat atau lurah saja sebetulnya bisa mengatasi," katanya.

Ia menegaskan, masalah bendera Merah Putih ini bukan sekadar urusan penghargaan. Namun, ini juga urusan penghormatan dan perhatian kepada dr Tjipto Mangoenkoesoemo. Karena menurutnya, generasi penerus bangsa harus belajar menghormati dan memberi perhatian kepada pahlawan yang pernah berjasa bagi bangsa dan negaranya.

Ketua FKWKS R Budi Prasetyo menambahkan, penyerahan bendera Merah Putih ini merupakan inisiatif para jurnalis yang merasa terpanggil dengan kondisi makam pahlawan nasional tersebut. Kebetulan momentumnya hampir dekat dengan HUT ke-69Proklamasi Kemerdekaan RI. "Kami peduli, mengingat makam ini merupakan aset bagi pendidikan sejarah bangsa," ujarnya.  rep:bowo pribadi ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement