Ahad 10 Aug 2014 13:50 WIB

Kriminalitas Seksual Naik

Red: operator

Berbagai pihak sepakat, ketahanan remaja perlu jadi perhatian.

DEPOK--Kasus-kasus aktivitas seksual kini mulai terlihat masif dan mengancam. "Sekitar 2,1-2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30 persen di antaranya remaja," cetus Direktur Pusat Unggulan Asuhan Terpadu Kesehatan Ibu dan Bayi Prof Biran Affandi SpOG (K), FAMM, di seminar Strategi Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu di Indonesia, Sabtu (9/8).

Ujung-ujungnya, berbagai cara aborsi ditempuh kalangan remaja. Ha sil survei Badan Pusat Statistik 2012, angka kehamilan remaja pada usia 1519 tahun mencapai angka 48 dari 1.000 kehamilan. "Tingginya ang ka kehamil an remaja menjadi salah satu penyumbang angka kematian ibu dan bayi di Indonesia," ungkap Prof Biran.

Secara umum, angka kematian ibu di Indonesia medio tahun 2013 mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dengan angka kematian bayi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Walhasil, Indonesia berada di peringkat kedelapan jika dibandingkan negara ASEAN lainnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Agung Supriyanto/Republika

Petugas dari Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta memasang kamera tersembunyi atau Closed-circuit Television (CCTV ) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Selasa (1/10). Pemasangan CCTV tersebut untuk memantau serta meminimalisir aksi-aksi kriminalitas yang meresahkan masyarakat.

 

Setelah fase tersebut, Prof Biran mengidentifikasi, ada dampak lain dari hubungan seks di luar nikah yang di lakukan secara tidak aman, yakni me nyebabkan infeksi atau penyakit me nular seksual termasuk HIV/AIDS.

Dari data Kemenkes tahun 2003, terdapat ODHA remaja berusia 15-19 ta hun berjumlah 147 orang, terdiri dari 79 orang HIV dan 68 orang dengan AIDS.

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN dr Julianto Witjaksono SpOG mendapati dari data Sensus Nasional, ada 48-51 persen perempuan remaja hamil.Bahkan, di area kota, angkanya menga lami peningkatan sampai 100 persen.

"Sebanyak 70 persen remaja di Indonesia mendapatkan informasi seputar seksual dari rekan sebayanya.Ini karena mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari orang tuanya dan pembicaraan seputar seksual masih dianggap tabu," urai Julianto.

BKKBN pun memunculkan program mendidik para orang tua agar berpengetahuan dalam hal seksual yang benar dan mampu menyampai kannya pada anak-anaknya. "Remaja itu masih lemah. Yang kita didik adalah orang tua," ulasnya.Dua program andalan yang dimiliki BKKBN untuk menangani soal ini adalah Bina Keluarga Balita (BKB) dan Bina Keluarga Remaja (BKR).

Seluruh materi yang menyangkut soal seks dapat tersampaikan pada para remaja.Saat ini, menurut Julianto, BKKBN baru dapat memberikan penjelasan soal risiko kehamilan di usia remaja dan tidak mengajarkan persoalan keluarga berencana karena itu sangat berbahaya. "Nanti jadi senjata makan tuan. Nanti kita dianggap melegalkan seks di luar pernikahan,"ujar dia.

Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI Dr Anung Sugihantono MKes juga mengamati potensi merebaknya angka aktivitas sosial di kalangan remaja. "Perubahan perilaku remaja yang harus asri (asyik dengan diri sendiri) menjadi tantangan di tengah pergeseran nilai sosial dan demografi penduduk. Indonesia yang diperkirakan mencapai 305 juta pada tahun 2035," ulas Anung.

Pola pendekatan melalui pendidikan atau kontribusi guru dalam sebuah tindakan pendidikan kelas se bagai upaya penyampaian pendidikan seksual yang berbeda. "Ketahanan remaja sangat diperlukan, usia aktivitas seksual remaja makin menurun dari SMA ke SMP. Anak usia SD di beberapa daerah juga mulai ada tanda-tanda aktivitas seks," ujar Ketua PB GRI Dr Sulistyo MPd.

Sebaliknya, ia melakukan studi di tiga kota Jawa Barat, remaja putri masih takut pada risiko hilangnya keperawanan serta takut hamil di luar nikah. Mendapati hasil kontras ini, PGRI mulai mengupayakan aplikasi pendidikan reproduksi di beberapa mata pelajaran seperti biologi, penjaskes, hingga bimbingan konseling.

Jalur ekstrakurikuler pun dinilai juga efektif untuk memasukkan nilai positif tadi karena kesehatan remaja telah diatur dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

rep:Indah Wulandari  ed:nina chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement