Jumat 08 Aug 2014 12:00 WIB

LSI: Publik Lelah dengan Pilpres

Red:

JAKARTA -- Lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebut, mayoritas publik lelah dengan proses pemilihan presiden (pilpres). Sehingga, publik mengharapkan penyelesaian sengketa pemilu melalui Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan jalan terakhir dan konstitusional yang dilakukan pihak yang kalah.

LSI melakukan survei pada 4-6 Agustus 2014 terhadap 1.200 responden. Survei dukungan Prabowo-Jokowi Pascakeputusan Resmi KPU itu dilakukan dengan metode quickpoll melalui telepon seluler dengan tingkat margin error 2,9 persen.

Hasilnya, 78,11 persen responden mengharapkan sengketa pemilu berakhir jika gugatan ditolak MK, 14,59 persen ingin sengketa bisa berlanjut dengan langkah hukum lain, dan 7,30 persen tidak tahu/tidak menjawab. "Artinya, publik sudah lelah dengan proses ini," kata peneliti LSI Ade Mulyana, Kamis (7/8).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Aditya Pradana Putra/Republika

Jurnalis memotret pemaparan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) tentang dukungan Capres pascapenetapan resmi KPU di Jakarta, Kamis (7/8).

 

Keinginan mayoritas publik yang menginginkan proses pilpres segera berakhir juga ditunjukan dengan dukungan terhadap KPU. Sebesar 67,59 persen publik percaya dengan hasil resmi KPU bahwa Joko Widodo-Jusuf Kalla pemenang Pilpres 2014. Hanya 18,52 persen yang tidak percaya hasil KPU.

Pemilihan ulang juga tidak akan mendongkrak suara Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Apabila pemilihan dilakukan saat ini, Jokowi-JK tetap memperoleh suara mayoritas. Bahkan, suara Jokowi-JK meningkat dibandingkan pada Pilpres 9 Juli 2014.

"Hal ini terbukti pula bahwa meskipun ada pemungutan suara ulang di beberapa TPS di Jakarta, beberapa waktu lalu, pasangan Jokowi tetap unggul," ujar dia.

Jika pilpres dilakukan sekarang maka perolehan suara Jokowi-JK sebesar 57,06 persen, sedangkan Prabowo-Hatta 30,39 persen. Dengan tingkat responden yang tidak tahu atau tidak menjawab 12,55 persen.

Menurut Ade, jika responden yang tidak tahu atau tidak menjawab dibagi secara proporsional kepada kedua pasangan capres maka perolehan dukungan bagi Jokowi-JK pun tetap dominan. Jokowi-JK meraih 65,25 persen dan dukungan terhadap Prabowo-Hatta sebesar 34,75 persen.

Ada berbagai faktor yang mendasari bertambahnya dukungan Jokowi-JK. Hasil survei LSI, Jokowi mengungguli Prabowo di semua segmen pemilih. Segmen tersebut, yaitu jenis kelamin, agama, umur, desa/kota, tingkat pendidikan dan pendapatan.

LSI juga menyimpulkan segmen pemilih Muslim yang saat Pilpres 9 Juli 2014 mendukung Prabowo-Hatta berbalik memilih Jokowi-JK. Selain itu, LSI berpendapat, karakter pemilih Prabowo-Hatta merupakan pemilih yang ragu-ragu dan lebih mudah mengubah pilihannya.

Mereka umumnya berada di perkotaan dengan tingkat pendidikan yang baik dan percaya serta menghormati hasil KPU. Apalagi, proses pascapencoblosan membuat pamor Prabowo mengalami penurunan.

LSI menyatakan, penurunan pamor Prabowo juga diakibatkan persepsi negatif publik terhadap reaksi dan sikap pasangan nomor urut satu itu. Publik beranggapan, Prabowo-Hatta kurang legowo dan tidak simpatik dalam merespons hasil resmi KPU.

Di sisi lain, Ade menyatakan, Jokowi-JK dinilai lebih santun dan elegan dalam merespons hasil resmi KPU maupun dalam merespons berbagai tudingan dan gugatan terhadapnya. "Hal itu terlihat dari pernyataan Jokowi yang menyatakan keyakinannya bahwa Prabowo adalah seorang negarawan serta selebrasi kemenangan yang biasa-biasa saja," kata dia. rep:mas alamil huda/antara ed: ratna puspita

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement