Kamis 07 Aug 2014 13:42 WIB

Pengamat UGM : Prabowo Ciptakan Bumerang Sendiri

Rep: yulianingsih/ Red: Damanhuri Zuhri
Calon presiden Prabowo Subianto (kiri) didampingi calon wakil presiden Hatta Rajasa (kanan) menjalani sidang perdana perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu (6/8).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Ari Sudjito menilai, pidato yang disampaikan Prabowo di Mahkamah Konstitusi (MK) justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

"Itu bumerang bagi dirinya, maksudnya apa, selain menyerang KPU itu juga menyerang pemerintah dengan menyebut negara feodal dan komunis," katanya kepada Republika, Rabu (6/8).

Prabowo menurut Ari, lupa ada data yang janggal di Sampang, Madura ada 17 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dimenangkan secara total olehnya. Bahkan Jokowi-JK tidak memperoleh suara satupun.

Pidato Prabowo tersebut menurutnya, juga akan menciptakan problem bagi dirinya sendiri. Presiden SBY yang mendengar pidato tersebut dipastikan juga akan tercengang dan tidak akan bersimpati pada Prabowo.

"Prabowo justru menciptakan musuh baru dengan statmennya itu, tidak melahirkan simpati baru justru banyak orang yang simpati padanya akan semakin manarik diri dan itu sudah mulai terlihat," katanya.

Harusnya, kata Ari, Prabowo konsentrasi pada data-data yang akan disampaikan ke MK terkait dugaannya pada pelanggaran pemilihan presiden.

"Jangan justru membuat opini baru yang bermaksud mempengaruhi MK. Ini justru akan menimbulkan masalah baru, bertarung saja secara gentle di dalam (sidang) dengan data-data yang benar. Jangan buat statmen yang justru tidak fokus," ujarnya.

MK menurut Ari juga diharapkan tidak terprovokasi dengan statmen Prabowo tersebut. MK harus tetap bisa menjaga kredibilitasnya, apalagi setelah MK tercoreng kasus Akil Mochtar beberapa waktu lalu. "Ini menjadi pertaruhan MK untuk bekerja provesional dan transparan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement