Selasa 05 Aug 2014 16:00 WIB

Distribusi Pangan Terjaga

Red:

JAKARTA -- Tren harga pangan pasca-Lebaran diprediksi cenderung menurun. Distribusi pasokan pangan yang terjaga diharapkan dapat menjaga tingkat inflasi.

Menurut Menko Perekonomian Chairul Tanjung, penurunan harga ini diharapkan ikut menekan inflasi hingga akhir tahun. "Inflasi didorong harga pangan kemungkinan negatif, apalagi jika kita bereskan masalah distribusi, termasuk rantai pasokan," kata Chairul, di Jakarta, Senin (4/8).

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir inflasi pada Juli 2014 mencapai 0,93 persen. Inflasi Juli ini tergolong rendah dibandingkan tahun sebelumnya, apalagi terjadi saat Ramadhan menjelang Lebaran.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, inflasi tahun kalender tercatat 2,94 persen. Sedangkan, inflasi tahunan 4,53 persen.

Menurut Chairul, kontrol terhadap inflasi, antara lain, dilakukan dengan pengetatan peredaran uang atau tight money policy. Langkah ini dinilai efektif walaupun konsekuensinya bunga menjadi naik.

Selain itu, kata Chairul, koordinasi Kementerian Perdagangan dengan Kementerian Pertanian dalam memastikan kecukupan pangan berjalan baik. Pemerintah juga mengontrol jalur distribusi agar pasokan pangan terjaga.

"Pedagang tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan yang terlalu berlebihan sehingga menyebabkan stabilisasi harga. Ini kombinasi kebijakan yang bisa menyebabkan terjaganya harga," kata Chairul.

Bank Indonesia menilai, inflasi Juli 2014 pada saat momentum Ramadhan dan menjelang Lebaran tergolong rendah. "Itu karena beberapa volatile food dikendalikan harganya sehingga tak naik," kata Gubernur BI Agus DW Martowardojo, kemarin.

BI menyambut baik koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga inflasi Juli dapat terjaga. Namun, kata Agus, inflasi ini belum memasukkan dampak dari aturan mengenai pembatasan bahan bakar minyak (BBM) subsidi.

Padahal, kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, aturan pembatasan BBM ini bisa berbahaya. "Apakah pemerintah bisa memonitor serentak. Kalau bertahap, akan timbulkan kebocoran," ujarnya.

Menurut Destry, aturan tersebut harus ditindaklanjuti dengan kenaikan harga BBM subsidi. Namun, kenaikan harga BBM akan mengerek inflasi. "Misalnya, harga naik 30 persen. Setiap 10 persen naik, inflasi sampai satu persen. Jadi, hampir tiga persen inflasinya," ujarnya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengakui dampak aturan pembatasan BBM subsidi belum terlihat pada tingkat inflasi Juli. Ini karena pembatasan solar subsidi baru dilakukan pada awal Agustus 2014. Besar kemungkinan dampaknya baru terlihat pada inflasi Agustus.

Inflasi Juli, menurut Sasmito, lebih disebabkan oleh kenaikan tarif dasar listrik (TDL) prabayar. Kenaikan harga terjadi hampir di seluruh kota dan kabupaten indeks harga konsumen (IHK). Pada Agustus 2014, kenaikan TDL diperkirakan masih mendorong inflasi, terutama TDL pascabayar.

Sasmito memprediksi, inflasi Agustus bisa kecil meskipun ada dampak dari TDL dan pembatasan BBM. Hal ini didorong oleh berkurangnya permintaan pangan untuk Lebaran, sementara pada saat yang sama terjadi panen. "Harga gabah sudah turun dan kebutuhan Lebaran turun tajam," kata Sasmito.

Suryamin menambahkankan, TDL memberi andil terhadap inflasi 0,06 persen. Perubahan harganya sepanjang Juli sebesar dua persen. "Hal ini disebabkan adanya aturan pemerintah terkait kenaikan TDL prabayar," kata Suryamin.

Menurut Suryamin, dibandingkan dengan Juli tahun-tahun sebelumnya, inflasi Juli 2014 lebih baik. Memang, ada tingkat inflasi yang lebih rendah dibandingkan Juli 2014. Tercatat inflasi 2009 sebesar 0,45 persen. Pada 2011 inflasi Juli sebesar 0,67 persen.

Meskipun tidak lebih rendah dibandingkan inflasi 2009 dan 2011, inflasi kali ini cukup terkendali. "Karena terjadi pada bulan Puasa dan Lebaran, inflasi ini tergolong rendah," kata Suryamin.

Rendahnya inflasi yang berbarengan dengan perayaan Idul Fitri ini didorong oleh keberhasilan pemerintah mengendalikan harga. Pengendalian harga oleh pemerintah, kata Suryamin, dilakukan jauh sebelum Puasa.

Inflasi paling besar dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan sebesar 1,94 persen. Inflasi disusul makanan jadi sebesar satu persen, sandang 0,85 persen, dan transportasi komunikasi dan jasa keuangan 0,88 persen. Tingginya inflasi di transportasi disebabkan oleh tradisi mudik pada Lebaran. rep:meiliani fauziah/friska yolandha/satya festiani/ahmad islamy jamil ed: nur hasan murtiaji

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement