Jumat 01 Aug 2014 15:30 WIB

Mendulang Laba dari Ban Bekas

Red:

Ratusan ban dalam mobil bekas tertumpuk di pinggir pantai berpasir putih di Pantai Kelapa Tujuh, Cilegon, Banten. Ban-ban bekas berwarna hitam itu milik Mat Liyas yang menyewakan kepada pengunjung pantai.

Musim libur Lebaran menjadi masa panen bagi Liyas. Tak tanggung-tanggung, dalam sehari ia bisa mengantongi uang jutaan rupiah. "Kemarin, saya dapat Rp 1,3 juta," akunya kepada Republika di Pantai Kelapa Tujuh, Cilegon, Rabu (30/7).

Jika dibandingkan upah minimum Kota Cilegon yang hanya Rp 2,4 juta, mendapatkan penghasilan Rp 1 juta per hari bagi sebagian rakyat Indonesia seperti kejatuhan bulan. Tak terkecuali Liyas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Oky Lukmansyah/ANTARAFOTO

Perajin menyelesaikan pembuatan kursi dari ban bekas di Desa Kabunan, Kabupaten Tegal, Jateng, Kamis (6/3).

 

Liyas menyediakan 129 ban bekas berbagai ukuran. Ia mengaku membeli ban dalam bekas tersebut dari bengkel tambal ban. "Ban bekas besar Rp 80 ribu-Rp 90 ribu, ukuran tanggung tanggung Rp 20 ribu-Rp 25 ribu, dan ukuran kecil Rp 10 ribu-Rp 15 ribu," ujar Liyas yang merupakan satu dari puluhan penyewa ban di pantai tersebut.

Agar tidak tertukar dengan ban milik penyewa lainnya, Liyas menandai ban miliknya dengan cat merah berbentuk segi empat. Ia mengatakan, saban libur Lebaran, Pantai Kelapa Tujuh selalu dipenuhi ribuan pengunjung dari Banten dan wilayah lain, seperti Jakarta, Bogor, dan Depok.

Sayangnya, Pantai Kelapa Tujuh masih menyimpan sejumlah kekurangan. Satu di antaranya parkir liar yang semrawut. Pungutan liar (pungli) menghantui pengunjung Pantai Kelapa Tujuh, Pelabuhan Merak, Banten. Setiap mobil yang masuk ke area pantai sebelah utara Pelabuhan Merak itu harus membayar Rp 50 ribu.

Sementara, pengunjung yang membawa sepeda motor dikenakan tarif parkir Rp 10 ribu. Padahal, di area sekitar Pantai Kelapa Tujuh tidak ada lahan untuk parkir khusus kendaraan bermotor. Akibatnya, pengunjung banyak yang memarkirkan kendaraanya di bahu jalan yang menyebabkan kemacetan.

Rozi, wisatawan asal Depok, mengaku kecewa dengan pengelola parkir di pantai tersebut. "Kalau sudah macet begini, tidak ada petugasnya. Padahal, masuknya saja sudah mahal," ujar Rozi kepada Republika, Rabu (30/7).

Ia kecewa lantaran tidak ada petugas yang mengurai kemacetan di jalan area menuju dan keluar pantai. Rozi mencontohkan untuk keluar dari area pantai yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari tempatnya memarkir mobil, membutuhkan waktu satu jam. "Petugas parkirnya cuma jaga di depan pintu masuk. Maunya nerima uang saja," ujar Rozi.

Setelah hampir keluar dari area pantai andalan Kota Cilegoon itu, sejumlah pemuda yang membantu menghentikan kendaraan meminta uang sebesar Rp 5.000 kepada setiap mobil yang lewat. Mereka beralasan uang tersebut untuk jasa parkir. rep:c60 ed: karta raharja ucu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement