Jumat 25 Jul 2014 14:00 WIB

Ajarkan Bahasa Inggris melalui Budaya Lokal

Red:

Menguasai keterampilan berbahasa Inggris kini menjadi kebutuhan pokok, terutama untuk memudahkan akses komunikasi dengan dunia internasional. Karena itu, sebagai bentuk pengabdian masyarakat, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), melaksanakan program English For Holiday (EFH) bagi masyarakat sekitar.

Staf pengajar sekaligus ketua panitia EFH Siti Sudartini mengatakan acara ini merupakan program tahunan untuk mengisi liburan anak-anak. Sejak 30 Juni hingga 11 Juli, sekitar 170 anak-anak usia empat tahun (play group) hingga SMP mengikuti kegiatan ini. Awalnya, agak pesimistis lantaran acara EFH dilakukan di bulan puasa. Namun, ternyata animonya banyak. "Ini program rutin sudah 17 tahun, tujuan awalnya mengenalkan bahasa Inggris kepada masyarakat luas," ujar Siti, saat dihubungi, Senin (21/7).

Untuk menyukseskan EFH, jurusan menggandeng mahasiswa pendidikan bahasa Inggris untuk menjadi pengajar. Sejak 1990-an, jurusan mulai membuka pembekalan tambahan untuk mahasiswa agar lebih memahami teknik-teknik guna mengajarkan bahasa Inggris pada anak-anak (English for children). Pembekalan yang diberikan meliputi 16 SKS lantaran kebanyakan mahasiswa yang lulus umumnya menjadi guru SMP atau SMA, bukan guru SD. Sekitar 20 mahasiswa dilibatkan untuk menjadi tutor atau guru dalam EFH.

Tak hanya sekadar belajar kosa kata, di EFH anak-anak bisa belajar mengenai budaya. Seluruh peserta dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan umur. Paling kecil untuk usia empat tahun. Rata-rata, satu kelas dipandu oleh dua orang mahasiswa yang berperan sebagai guru. Agar lebih menyenangkan, belajar bahasa Inggris dilakukan tak hanya di dalam kelas. Anak-anak bisa belajar bahasa Inggris melalui workshop membatik yang dimasukkan dalam program EFH.

Untuk menyukseskan EFH, prodi Bahasa Inggris bekerja sama dengan Pendidikan Seni Tari dan Seni Rupa. Selama workshop membatik, anak-anak bukan melihat aktivitas membatik, namun juga menjajal bagaimana cara membatik. Anak-anak belajar bagaimana memberi pewarnaan pada batik sekaligus belajar tari tradisional. Spesialnya, tutorial membatik dan tari Bali diberikan dalam bahasa Inggris.

Siti mengatakan, selama ini sering ada ketakutan di kalangan masyarakat bahwa anak-anak yang belajar bahasa Inggris sejak dini akan melupakan budaya lokal, seperti bahasa daerah. Mengusung tema getting closer to local culture, belajar bahasa Inggris dan belajar budaya lokal bisa dilakukan sekaligus. Dengan begitu, kata dia, orang tua tidak perlu khawatir mengajarkan bahasa Inggris kepada anak mereka. "Kita juga mengajarkan mereka membatik, menari bali supaya tahu budaya lokal. Kalau membatik sebagai budaya Jawa, kita beri mereka latihan tari bali, supaya tahu ada budaya lain juga," katanya.

Orang tua juga dilibatkan selama kegiatan EFH. Orang tua diizinkan untuk mendampingi, namun untuk kegiatan di dalam kelas agak dibatasi supaya tidak mengganggu kemandirian anak. Selama kegiatan, seluruh peserta diberikan satu buku untuk komunikasi antara orang tua, siswa, dan guru. Anak-anak akan menuliskan mengenai apa saja yang mereka pelajari hari itu. Orang tua diizinkan memberi tanggapan dan masukan selama kegiatan tersebut. rep: dwi murdaningsih ed: hiru muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement