Senin 21 Jul 2014 15:30 WIB
mudik kebersamaan

Mudik Hemat dengan Kapal Laut

Red:

Pria itu terlihat naik turun tangga kapal penumpang milik PT Pelni yang berlabuh di Pelabuhan Pantoloan Palu, Jumat (17/7). Pelabuhan ini terletak sekitar 23 kilometer arah utara Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah. Pria itu adalah Frangky (56 tahun), satu dari sejumlah warga Ambon yang bekerja di Kota Palu.

Frangky hendak mudik ke kampung halamannya menggunakan kapal laut bersama istri dan dua anaknya. Saat dia naik turun kapal mengangkut barangn, istrinya menunggui barang yang terisa untuk diangkut ke kapal KM Ngapulu yang akan bertolak menuju Ambon. "Saya hampir setiap dua tahun sekali menyempatkan diri bersama keluarga pulang kampung berlebaran dengan orang tua dan keluarga," kata Frangky sesaat sebelum kapal berangkat.

Frangky selalu memilih mudik Lebaran menumpang kapal laut karena biayanya lebih murah dibandingkan pesawat. Selain harga tiket pesawat cukup mahal, menjelang Lebaran, harga tiket pun dipastikan naik. "Kalau tiket kapal laut, tidak naik. Kalaupun naik, masih tetap bisa dijangkau oleh rakyat kecil seperti kami ini," ujarnya.

Untuk tiba di kampung halamannya, Frangky dan keluarga rela menempuh perjalanan lima hari. Sedangkan, bila dengan pesawat terbang, hanya dua hingga tiga jam saja. Namun uang pembeli tiket pesawat, bisa dipakainya untuk membeli berbagai oleh-oleh atau bisa dibagi-bagikan ke sanak keluarganya di kampung.

Alasan itulah yang membuatnya rela berlama-lama di lautan. Harga tiket kelas ekonomi KM Ngapulu untuk Pantoloan-Ambon hanya 524 ribu per orang. Sedangkan, harga tiket pesawat Palu-Ambon rata-rata di atas Rp 1 juta.

Hal senada juga disampaikan Jufri (46), warga Makassar. Ia memilih mudik dengan kapal laut daripada pesawat. Menurutnya, tiket pesawat untuk pemberangkatan 25 Juli 2014 sekitar Rp 600 ribu. Sedangkan, tiket kapal untuk kelas ekonomi tujuan Makassar hanya Rp 298 ribu per orang. "Jauh lebih murah. Hanya memang perjalanan dua hari dengan kapal laut untuk tiba di Makassar," kata Jufri.

Jufri mudik dari Palu menuju Makassar bersama istri dan dua anaknya. Menurut Jufri, mudik menggunakan kapal luat mempunyai rasa kepuasan tersendiri baginya. Selama pelayaran, ia bisa menikmati perjalanan sambil melihat ombak dan juga pulau-pulau yang dilewati kapal.

Kepala PT Pelni Cabang Sulawesi Tengah SL Sihombing mengatakan tidak ada lonjakan arus mudik Lebaran menggunakan kapal laut di daerah itu. Penumpang yang berangkat dari Pelabuhan Pantoloan dengan KM Ngapulu tujuan Tolitoli-Balikpapan-Makassar, Baubau sampai Papua pada 17 Juli 2014 normal seperti hari biasa. Jumlah penumpang KM Ngapulu hari itu hanya 443 orang. Padahal, kapasitas angkut kapal Pelni tersebut mencapai 2.000 orang.

Ia berharap penumpang yang akan mudik Lebaran dengan KM Umsini pada 24 Juli nanti akan meningkat. Kapal tersebut akan melayani rute Balikpapan-Parepare-Makassar-Surabaya. "Kami berharap penumpang yang naik bisa mencapai 1.000 orang. Kapal itu merupakan pemberangkatan terakhir menjelang Hari Raya Idul Fitri," ujar Sihombing.

Menurutnya, pada era ‘80 hingga ‘90-an, penumpang kapal laut cukup padat. Saking banyaknya, tiket baik kelas atas maupun ekonomi kadang tidak cukup. Saat itu, Sihombing mengungkapkan, mereka yang naik kapal laut bukan hanya rakyat kecil. Ada juga orang-orang berduit dengan tingkat ekonomi sudah mapan.

Namun mulai tahun 2000 hingga sekarang, penumpang kapal laut didominasi mereka yang ekonominya menengah ke bawah. "Hanya rakyat kecil saja yang masih setia naik kapal laut. Apalagi, untuk mudik Lebaran seperti sekarang," katanya.   antara ed: andi nur aminah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement