Senin 21 Jul 2014 15:30 WIB

Menginternasionalnya Cibinong dengan Mikroba

Red:

Nama satu tempat bisa termashur ke seluruh negeri dari berbagai potensinya yang unik, khas, bahkan yang jarang ada di dunia. Indonesia sendiri sudah memiliki sejumlah tempat dan benda yang menginternasional dan terkenal ke mancanegara.

Kali ini, ada lagi yang bertambah potensi internasionalnya salah satu daerah, yaitu di Cibinong. Potensinya yang dikembangkan ada di Kawasan Cibinong Science Center, Bogor, Jawa Barat (Jabar). Dengan telah berdirinya gedung Indonesia Culture Collection (InaCC) di kawasan Cibinong Science Center, Cibinong, Indonesia kini memiliki pusat koleksi mikroba berstandar internasional.

"Gedung sudah jadi sekarang, rencananya diresmikan pada 3 September. Harapannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang meresmikan," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Nuramaliati Prijono di Jakarta, Ahad (20/7).

Ia mengatakan, pada 2007 Presiden memang telah meresmikan InaCC sebagai pusat koleksi mikroba nasional yang berstandar internasional. Tapi, gedung dari InaCC memang belum ada. Sekarang, gedungnya sudah jadi dan bakal diresmikan pada 3 September. Doktor yang akrab disapa Lili ini berharap, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri yang meresmikannya.

Saat ini, LIPI memiliki sekitar koleksi 3.000 mikroba. Dalam 20 tahun ke depan, menurut dia, pusat koleksi mikroba di Cibinong Science Center ini masih dapat menampung ribuan hingga jutaan mikroba.

Dia menilai, keberadaan InaCC ini menjadi penting karena untuk dapat memperoleh paten berdasarkan konvensi biodiversitas, maka penanganan mikroba harus berstandar internasional. LIPI, lanjutnya, telah lama menyimpan mikroba, tapi belum disimpan secara benar. Padahal, jika disimpan secara benar, mikroba dapat hidup hingga 30 tahun, sehingga saat ada yang membutuhkan dapat langsung digunakan dengan dibangunkan lagi.

Ada persyaratan untuk memiliki koleksi mikroba dengan standar internasional dan persyaratan itu, ia mengatakan, harus dipenuhi dengan memberikan nama secara benar pada mikroba, hingga menyimpan dengan cara benar. Semua upaya itu dapat dilakukan berkat bantuan dari Jepang.

Bantuan dan kerja sama dari Jepang itu berupa penyiapan koleksi dan pengelolaan koleksi mikroba yang dilakukan secara standar internasional. "Jepang benar-benar membimbing kita untuk menyiapkan cara koleksi mikroba dengan standar internasional," ujar dia.

Selama ini, peneliti tidak merawat koleksinya dan mikroba hanya ditidurkan. Apabila ada yang memerlukannya, mikroba itu coba dibangunkan. "Karena perawatan tak benar, mikrobanya ternyata sudah mati. Kita coba rawat secara benar, sehingga saat ada yang membutuhkan, mikroba dapat digunakan," katanya.

Karena itulah, sistemnya diperbaiki, dan kata Nuramaliati, hingga nanti mikroba, bahkan bisa dipesan melalui website. Informasi akan terbuka untuk umum dan yang menyimpan mikroba dengan standar internasional akan dapat royalti.

Dijelaskannya, mikroba sangat dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, energi, bahkan obat antibiotik di masa depan. Karena, kata dia, semua mikroba yang memang memiliki potensi dilindungi, sehingga tidak dicuri pihak asing.

Saat riset yang dilakukan pada 2011, sudah terdaftar sebanyak 681 isolat bakteri yang terdiri atas 32 genera dan 259 isolat teridentifikasi dengan baik sampai spesies level. Saat ini, tengah disusun pula buku pemutakhiran "Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan" (IBSAP) serta penentuan target nasional guna melindungi ekosistem di Indonesia sampai 2020. antara ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement