Senin 21 Jul 2014 15:30 WIB

Konsumsi BBM Capai 50 Persen

Red:

JAKARTA — Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi perlu dikendalikan. Pemerintah tidak akan menambah lagi kuota BBM bersubsidi pada tahun ini.

Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Askolani mengatakan bahwa konsumsi BBM dalam enam bulan terakhir mencapai mencapai 22,9 juta kiloliter (kl) atau hampir separuh dari target konsumsi 46 juta kl. Ia berharap target ini tidak meleset. "Kalau meleset, mudah-mudahan sedikit. Jadi, tinggal ditahan-tahan sedikit (ketika mudik). Setelah Lebaran, kita kendalikan lagi," katanya, akhir pekan ini.

Anggaran subsidi BBM tahun ini pada APBN Perubahan mencapai 246,49 triliun. Sebelumnya, anggaran subsidi BBM ditetapkan Rp 210,6 triliun. Subsidi BBM mencapai Rp 100,8 triliun atau 47,9 persen dari pagu APBN.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Prayogi/Republika

SPBU

Pemerintah, menurutnya, telah menyiapkan langkah agar sisa kuota BBM yang ada bisa mencukupi hingga akhir tahun. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dinilai optimistis bila kuota yang ada mencukupi kebutuhan masyarakat hingga akhir tahun.

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) memperkirakan kuota BBM akan habis sekitar 19 Desember 2014. Volume BBM tidak bisa ditambah karena sudah ditetapkan dan disepakati semua pihak.

Askolani menambahkan, anggaran BBM bisa ditambah dalam keadaan khusus, seperti pelemahan rupiah. Namun, hal ini hanya bisa dilakukan jika pemerintah masih mempunyai dana. "Anggaran itu bisa ditambah kalau kursnya lemah, ICP tinggi. Tapi, tidak untuk volume. Anggaran bisa ditambah kalau kita punya uang, itu sudah kesepakatan di UU," ujarnya.

Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri menekankan pemerintah optimistis mampu mengendalikan transaksi berjalan. Defisit diperkirakan berada di kisaran tiga persen. Hal ini salah satunya karena pembatasan kuota impor BBM. "Dugaan saya masih di kisaran tiga persen karena volume BBM impornya dipatok 46 (juta kiloliter)," katanya di Kemenkeu, akhir pekan.

Ketika impor BBM sudah ditetapkan, tertutup peluang untuk penambahan kuota. Angka 46 juta kl sama dengan kuota BBM tahun lalu.

Selain itu, Pertamina mempersiapkan beberapa langkah antisipasi untuk memastikan kelancaran pasokan BBM dan LPG di berbagai wilayah di Indonesia. Sebab, permintaan BBM bersubsidi dan LPG diperkirakan naik selama Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1435 H.

Estimasi pemakaian BBM dan LPG pada masa puasa dan Lebaran umumnya diperkirakan naik masing-masing 5,1 persen untuk premium dari rata-rata harian normal 80.155 kl menjadi 84.242 kl, avtur naik 7,2 persen dari rata-rata harian normal 10.619 kl menjadi 11.536 kl. Kemudian, permintaan LPG naik 6,4 persen dari rata-rata harian normal 19.057 metrik ton (MT) menjadi 20.278 MT. Solar turun 16,9 persen dari rata-rata harian normal 43.057 kl menjadi 36.151 kl.

Pertamina, kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, terus menjaga stok BBM dan LPG Nasional dalam kondisi aman selama arus mudik dan balik Idul Fitri. Rata-rata stok, yakni premium selama 17,6 hari, solar (20,7 hari), avtur (27,6 hari), Pertamax (53 hari), Pertamax Plus (37,6 hari), dan LPG (17,1 hari).

Estimasi puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada H-1 dengan konsumsi premium 109.279 kl (naik 36 persen dari rata-rata konsumsi normal) dan puncak arus balik pada H+5 dengan konsumsi premium 105.063 kl—naik 31 persen dari rata-rata konsumsi normal). 

Hanung mengatakan, terdapat beberapa hal yang diwaspadai terkait penyaluran BBM dan LPG pada masa puasa dan Lebaran, seperti peningkatan konsumsi signifikan. Konsumsi premium dapat mencapai 136 persen terhadap DOT pada puncak arus mudik, kemacetan yang dapat menghambat mobilitas mobil tangki BBM dan skid tank LPG, serta kuota BBM PSO yang berkurang.  rep:meiliani fauziah/aldian wahyu ramadhan  ed: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement