Sabtu 19 Jul 2014 13:00 WIB

Pemerintah Cegah Efek Krisis Global

Red: operator

JAKARTA -Pemerintah me la kukan amendemen perjanjian Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) yang me rupakan kerja sama keuangan antar-Menteri Keuangan dan Gu bernur Bank Sentral negara ASEAN dengan Cina, Jepang, Korea (ASEAN 3), dan Hong Kong Monetary Authority (HKMA). Amendemen ini berlaku pada 17 Juli 2014.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menya ta kan, amendemen perjanjian CMIM yakni peningkatan nilai komitmen kerja sama menjadi sebesar 240 miliar dolar AS dari 120 miliar dolar AS. Elemen lainnya, yakni terse dianya fasilitas CMIM Precautionary Line (Pencegahan Krisis) dan pening katan IMF de-linked portiondari 20 persen menjadi 30 persen.

Amendemen tersebut memperkuat jaring pengaman ke uang an regional bagi anggota CMIM dalam menghadapi ma salah neraca pembayaran potensial maupun aktual dan kesulitan likuiditas jangka pendek. "Ini tidak ada maksud untuk indepen den, tapi menunjukkan kesiapan regional," katanya, Jumat (18/7).

Deputi Gubernur BI Perry War jiyo menambahkan, amende men CMIM mengindikasikan keinginan untuk bekerja sama di kawasan regional ASEAN dan mendukung dalam menangkal ancaman krisis. Amendemen ini memperkuat bank sentral de ngan menaikkan nilai komitmen, bahkan menggandakan.

Hal senada diungkapkan Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Dia menga takan, amendemen CMIM di la ku kan untuk memperkuat ke tahanan regional terhadap kemungkinan datangnya krisis eko nomi global. Dengan demi kian, kawasan Asia Tenggara dapat mandiri dan tidak bergantung pada lembaga multilateral lainnya dalam mengatasi krisis.

Sejauh ini, terdapat dua masalah ekonomi global yang menjadi kekhawatiran Indonesia.Pertama adalah perlambatan eko nomi Cina yang berpengaruh terhadap ekspor Indonesia karena Cina merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama. Namun, menurutnya, Cina di perkirakan membutuhkan impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Selain Cina, perkembangan kondisi perekonomian Amerika Serikat pun menjadi sorotan. Semua pihak, menurutnya, masih memantau pergerakan dan mengantisipasi sejumlah kebijakan yang diambil bank sentral AS (The Fed) menyusul pereko nomian negara itu yang semakin baik. Perbaikan ekonomi AS menekan kondisi mikrostruktur pasar valuta asing dalam negeri.

Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, fluktuasi ekonomi yang terjadi pada sejumlah negara itu belum ber pe ngaruh besar terhadap Indonesia. Defisit transaksi berjalan saat ini lebih rendah dari tahun lalu. Namun, pada kuartal dua defisit cenderung naik dan kembali turun pada kuartal tiga dan kuartal empat.

"Secara keseluruhan defisit mencapai sekitar 27 miliar dolar AS. Tahun lalu sekitar 29 miliar dolar AS," katanya. Jumlah itu diperkirakan sekitar tiga persen dari produk domestik bruto.

Na mun, apabila nilai tukar membaik, angkanya bisa lebih rendah dari tiga persen.Serangkaian upaya dilaku kan untuk menurunkan defisit transaksi berjalan. Chatib memperkirakan penetapan bahan ba kar minyak (BBM) sebesar 46 juta kiloliter (kl) akan menurunkan impor. Permintaan domestik pun termoderasi oleh proses penyesuaian struktural perekonomian. Sehingga, pros pek perekonomian Indonesia masih kuat meskipun lebih rendah dari perki raan semula. rep:meiliani fauziah/antara, ed: fitria andayani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement