Selasa 15 Jul 2014 14:30 WIB

Kurikulum Baru untuk Madrasah Bertahap

Red:

JAKARTA -- Penerapan kurikulum 2013 akan serentak dilaksanakan pada tahun ajaran baru 2014-2015 pertengahan Juli ini. Tahun ini menjadi tahun pertama untuk madrasah melaksanakan kurikulum baru.

 

"Dalam penerapannya, kita tidak bisa tergesa," kata Direktur Pendidikan Madrasah Kementerian Agama M Nur Kholis Setiawan kepada Republika, Senin (14/7). Alasannya, banyak hal yang mesti dipersiapkan, di antaranya, pelatihan guru dan pengadaan bahan ajar. Butuh waktu setahun, kata dia, untuk mempersiapkan hal tersebut.

 

Dia menjelaskan, Kemenag telah berkomitmen di depan presiden untuk menerapkan kurikulum 2013 tahun ini. Untuk itu, disusun perencanaan matang agar pencapaian peningkatan kualitas pendidikan di madrasah dari kulikulum dapat lebih maksimal. "Target kami pada 2016, semua jenjang telah menerapkan kurikulum baru ini," katanya.

 

Pada tahun pertama, lanjut Nur Kholis, implementasi akan difokuskan pada madrasah ibtidaiyah (MI) atau sekolah setingkat sekolah dasar (SD) kelas I dan IV. Untuk sekolah setingkat SMP, yakni madrasah tsanawiyah (MTs) akan dimulai dengan fokus pada kelas VII. Sementara itu, untuk madrasah aliyah (MA) setara SMA akan berlaku untuk kelas X. "Begitu seterusnya selama tiga tahun, hingga semua tingkat menggunakan kurikulum baru," jelasnya.

 

Dalam mempersiapkan bahan ajar mata pelajaran umum, Kemenag masih menunggu distribusi dari Kemendikbud. Tapi, khusus untuk lima mata pelajaran berbasis Islam, seperti akidah akhlak, Alquran hadis, fikih, sejarah kebudayaan Islam, dan bahasa Arab, Kemenag sudah membuat acuan sendiri dan telah mendistribusikannya ke semua madrasah negeri dan swasta.

 

Tidak hanya itu, Nur Kholis pun fokus mempersiapkan para guru secara matang agar mereka siap mengajar dengan konsep baru. Oleh karenanya, pada tahun lalu guru kelas I, IV, VII, dan X telah diikutsertakan pelatihan kurikulum 2013. Sedangkan, tahun ini dia tengah mempersiapkan pelatihan guru kelas II, V, VIII, dan XI.

 

Butuh Komitmen

 

Pendidikan karakter merupakan tema utama dalam Kurikulum 2013. Selain bahan ajar dan konsep yang mengacu pada tema, dukungan komitmen dan pengetahuan para pengajarnya untuk menanamkan karakter unggul pada siswa di setiap jenjang pendidikan diperlukan.

 

"Sebenarnya, pemerintah tidak perlu mencetak terlalu banyak buku teori, sebab yang terpenting adalah perilaku ‘guru’ yang harus diperbaiki," kata kata Pengamat pendidikan dari British Council Itje Chodidjah. Jika gurunya berperilaku baik, dia menjelaskan, siswa sudah pasti akan meniru.

 

Menurutnya, guru tidak bisa hanya mengajarkan teori pendidikan karakter yang disisipkan di setiap mata pelajaran. Ia mencontohkan, pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam materi diselipkan wacana tentang jangan membuang sampah sembarangan. Murid jangan sekadar mengetahui. Menurutnya, akhlak untuk tak buang sampah sembarangan juga harus tertanam.

 

Selain guru, penentu utama pembentukan karakter anak yaitu orang tua di rumah. Di samping menghabiskan banyak waktu di sekolah, mereka juga tidak terlepas dari kebersamaan dengan orang tua. "Jika karekter unggul ingin diciptakan maka harus didorong oleh semua elemen," terangnya.

 

Oleh karena itu, pelajaran pendidikan karakter tidak cukup hanya dengan pendidikan di dalam kelas. Justru, lanjut Itje, contoh perilaku sehari-harilah yang lebih mengena pada siswa. "Anak harus diberikan kegiatan yang sifatnya konkret, misalnya, di sekolah disediakan tong sampah. Dan, berikan contoh untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya," kata dia.

Selain itu, pendidikan karakter harus mengenal prinsip dasar pendidikan yang diterapkan, seperti etika, estetika, nasionalisme di samping ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Prinsip dasar tersebut, ujarnya, akan menjadi penentu pembentukan karakter anak di masa mendatang. rep:c78 ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement