Senin 14 Jul 2014 12:00 WIB
samba 2014

Brasil Lupakan Selecao

Red:

Kekalahan 1-7 pada laga semifinal melawan Jerman membuat sikap warga Brasil terhadap tim nasional mereka berubah drastis. Mereka tidak mau larut dalam duka mendalam sehingga tidak menaruh harapan tinggi kepada tim nasional Brasil pada laga perebutan peringkat ketiga.

Itu pula yang menyebabkan kekalahan telak 0-3 dari Belanda pada pertandingan itu tidak lagi disambut dengan luapan emosi seperti ketika dihancurkan Jerman. Sikap penonton tuan rumah Brasil benar-benar berubah terhadap tim yang sebelumnya begitu dielu-elukan dan disanjung setinggi langit.

Tim asuhan pelatih Luiz Felipe Scolari hanya mendapatkan teriakan cemoohan saat pertandingan berlangsung di Stadion Mane Garrincha, Brasilia, Ahad (14/7) dini hari WIB tersebut. Kekalahan yang berarti gawang Selecao telah kebobolan sepuluh gol dan hanya mencetak satu gol dalam dua pertandingan secara beruntun.

Tidak ada lagi fan yang turun ke jalan. Justru para pendukung Argentina, musuh bebuyutan Brasil, yang mendominasi area publik di Rio de Janeiro jelang laga final Senin dini hari tadi. Pantai Copacabana menjadi milik pendukung Argentina. Fan Brasil berubah menjadi minoritas.

Di depan hotel mewah Copacabana Palace, tempat menginap delegasi FIFA, pendukung Argentina tidak henti-hentinya menyanyi dan menari, seolah-olah mereka sudah juara. Rata-rata mengenakan kaos bernomor 10 milik Lionel Messi.      

Sebagian besar penonton Brasil pun mengalihkan dukungan mereka kepada Jerman, meski wakil dari benua Eropa itu telah menghancurkan mereka di semifinal. Mereka tak rela Argentina mengangkat trofi juara di tanah mereka.

Tidak ada lagi arak-arakan para pendukung Brasil yang membawa bendera warna hijau dan kuning, seperti yang sering terjadi pada pertandingan babak penyisihan. Suasana layaknya seperti pesta karena para pengunjung di fan festival (ajang nonton bersama melalui layar raksasa), sudah tidak peduli dengan pertandingan. Mereka justru lebih tertarik untuk bersantai sambil menikmati minuman dingin. Sebagian bercengkerama dengan lawan jenis atau bermain sepak bola di atas pasir.

"Saya tidak mau lagi memikirkan pertandingan sepak bola. Saya dan teman-teman datang ke Pantai Copacabana hanya untuk menikmati suasana," kata Da Silva, seorang  pemuda berusia 19 tahun, kepada Antara di pantai yang menjadi tujuan utama turis mancanegara itu.

Cuaca cerah dan bulan yang bersinar terang menambah meriah suasana. Apalagi selama tiga hari terakhir cuaca selalu mendung dan gerimis. Di sepanjang jalan antara Pantai Copacabana dan Stadion Maracana, kafe-kafe di pinggir jalan penuh oleh pengunjung yang menghabiskan malam mereka. Tapi kali ini tak ada sumpah serapah kepada pelatih Luiz Felipe Scolari. Mereka terlanjur patah hati dan memilih berpesta. ed: israr itah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement