Senin 14 Jul 2014 12:00 WIB

Pasar Valas RI Kecil

Red:

BANDUNG -- Kecilnya volume transaksi yang terjadi di pasar valuta asing (valas) Indonesia, membuat pasar valas domestik rentan terhadap guncangan. Sentimen eksternal dan tingginya defisit transaksi berjalan Indonesia memberikan risiko yang tidak mudah bagi ekonomi Indonesia.

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengatakan, perlambatan ekonomi global dan perubahan kebijakan bank sentral AS berdampak pada perekonomian Indonesia. "Tekanan berlanjut pada kondisi mikrostruktur pasar valuta asing dalam negeri," katanya, Sabtu (12/7).

Hal ini terjadi karena pasar valas domestik memang rentan terhadap guncangan pasar. Ada semacam paradoks pada pasar valas Indonesia di mana permintaan dan penawaran tidak berimbang. Volume perdagangan valas domestik masih tergolong kecil dengan rata-rata transaksi per hari hanya lima miliar dolar AS.

Jika ada satu-dua badan usaha milik negara (BUMN) bertransaksi valas hingga 500 juta dolar AS pada hari itu, jelas akan menggoyang stabilitas pasar valas. Apalagi, ada kecenderungan korporat membeli dolar AS tidak secara bertahan, tapi serentak sesuai kebutuhan utang jatuh tempo atau kewajiban mereka lainnya.

Rapuhnya pasar valas dalam negeri ditambah masih dominannya transaksi valas dalam bentuk spot. Transaksi spot merupakan transaksi tunai dalam hitungan hari, paling telat dua hari setelah kesepakatan jual beli valas disetujui. BUMN mendominasi pembelian valas pada transaksi spot ini.

Fluktuasi mata uang rupiah pun semakin terguncang terkait dengan masih tingginya defisit transaksi berjalan. "Karena itu, BUMN harus melakukan melindung nilai(hedging) untuk menekan kerugian yang lebih dalam, bahkan ada potensi keuntungan juga pada transaksi ini," kata Edi.

Bank Indonesia (BI) bersama otoritas keuangan lainnya sedang menyiapkan prosedur dan aturan main hedging BUMN. Langkah ini dilakukan untuk mendorong semakin banyaknya BUMN yang memanfaatkan transaksi lindung nilai ini.

Prosedur yang akan dibuat ini akan menjadi acuan BUMN dalam menjalankan transaksi hedging. Dengan begitu, BUMN memiliki keberanian meminimalisasi potensi kerugian yang lebih besar dalam transaksi valuta asing. "BUMN khawatir tentang unsur kerugian dalam hedging yang mengandung tindak pidana korupsi. Makanya, kami membentuk standar operasional prosedur hedging," katanya.

Keengganan untuk melakukan hedging telah menimbulkan kerugian selisih kurs yang sangat besar. Contohnya saja Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang merugi hingga Rp 29 triliun. Sejauh ini, baru dua BUMN yang melakukan lindung nilai, yakni PT Garuda Indonesia dan PT Krakatau Steel. BI berharap, Pertamina dan PLN segera menyusul, mengingat keduanya mencatat transaksi valas yang sangat besar.

Transaksi valas Pertamina 50 juta sampai 100 juta dolar AS per hari atau hampir mencapai 40 miliar dolar AS dalam setahun. Ini belum termasuk utang luar negeri pemerintah yang pada tahun ini saja mengalami rugi selisih kurs hingga Rp 163 triliun.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menyayangkan korporasi yang merugi karena tidak melakukan lindung nilai atas utangnya. Oleh karena itu, ia menekankan agar korporasi dan perusahaan BUMN untuk melakukan kegiatan lindung nilai.

Saat ini, hampir sebagian besar BUMN melakukan transaksi spot dalam mencari valas. Hal ini menjadi sumber tekanan terhadap rupiah. Ia juga mengingatkan BUMN besar bahwa risiko kerugian akibat perubahan kurs yang dialami BUMN dapat berdampak langsung bagi keuangan negara. rep:elba damhuri/friska yolandha ed: fitria andayani

Perbandingan Volume Transaksi Valas Harian

Indonesia : 5 miliar dolar AS.

Thailand : 13 miliar dolar AS

Malaysia : 11 miliar dolar AS

Singapura : 200 miliar dolar AS

India : 31 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement